Thursday, 31 May 2012

Layang-Layang Tertua Berada di Pulau Muna

Layang Muna - Sebuah coretan di Goa Sugi Patani menggambarkan orang tengah bermain layang-layang di dekat pohon kelapa. Temuan ini menggoyang fakta bahwa layang-layang ditemukan pertama kali oleh bangsa China pada 2.400 tahun lalu.


Sugi Patani adalah satu dari belasan goa yang ada di Desa Liang Kabori, Kecamatan Lohia di Pulau Muna. Provinsi Sulawesi Tenggara. Goa itu terletak di atas bukit batu dengan ketinggian sekitar 30 meter dari jalan setapak. Untuk menuju goa ini harus menempuh jalan terjal dengan tingkat kemiringan 80 derajat.
Gambar di goa yang dilukis menggunakan oker (campuran tanah liat dengan getah pohon tertentu) ini mengundang perhatian penggemar layang-layang dari Jerman bernama Wolfgang Bieck. Ia mengunjungi Muna dan mengambil foto-foto kemudian menuliskan hasil kunjungannya dalam artikel berjudul ”The First Kiteman” di sebuah majalah Jerman tahun 2003. Bieck meyakini, layangan pertama di dunia berasal dari Muna, bukan dari China.
Kesaksian Bieck memang masih perlu diteliti lagi untuk membuktikan kebenarannya. Beberapa ahli arkeologi di Indonesia belum bisa memastikan apakah usia lukisan di goa itu jauh lebih tua dari temuan layang-layang di China yang berusia 2.400 tahun.


Berbahan Daun

Terlepas dari semua teka teki itu, tradisi bermain layang-layang (yang dalam bahasa setempat disebut kagati) masih berlangsung sampai kini di Muna. Keunikan layang-layang dari Muna ini juga memikat penggemar layangan dari seluruh dunia. Berbeda dengan layang-layang daerah lain yang terbuat dari kertas dan kain, layang-layang Muna terbuat dari daun.

Layang-layang setinggi 1,9 meter dengan lebar 1 meter itu siap diterbangkan La Sima pada bulan Juni-September ini. Pada periode waktu itulah angin timur bertiup kencang sehingga mampu menerbangkan layang- layang selama tujuh hari tanpa pernah diturunkan. Bila selama tujuh hari layang-layang yang diterbangkan tidak jatuh, si pemilik layang-layang akan menggelar acara syukuran. Kini hanya segelintir orang yang bisa membuat layang-layang daun seperti La Sima.
Lukisan goa-goa di Liang Kabori menunjukkan bahwa masyarakat pada masa itu sudah mengenal budaya bercocok tanam. La Hada, penjaga goa-goa prasejarah di Liang Kabori, menuturkan, menurut cerita nenek moyang yang disampaikan turun temurun mengatakan, layang-layang adalah permainan para petani pada masa itu. ”Mereka menjaga kebun sambil bermain layang-layang,” kata La Hada.
Oleh nenek moyang orang Muna, layang-layang digunakan sebagai alat untuk mengusir hewan perusak ladang dan kebun mereka. Pada layang-layang tadi dikaitkan sebuah alat dari kayu yang bisa berbunyi nyaring bila tertiup angin. ”Suara nyaring itu untuk menakut-nakuti hewan,” kata La Sima.

Tradisi daerah lain

Indonesia sebagai negara agraris memiliki sejarah layang-layang yang panjang. Selain berfungsi sebagai alat untuk membantu budidaya pertanian, layang-layang juga dipakai sebagai alat bantu memancing seperti ditemukan di Jawa Barat dan Lampung. Di daerah Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat, layang- layang dipasangi jerat untuk menangkap kelelawar.
Selain fungsi tadi, masyarakat yang masih memegang teguh tradisi percaya bahwa layang-layang memiliki makna magis religius. Masyarakat Muna, misalnya, percaya bahwa layang-layang berfungsi sebagai ”payung” yang akan menjaga pemiliknya dari sengatan matahari bila ia meninggal dunia. Ketika si pemilik ini meninggal, ia ”berpulang” dengan berpegangan tali layangan dan bernaung di bawah layang-layang.
Di Bali, masyarakat mengenal layang-layang untuk melindungi singgasana para dewa. Sementara di Sumatera Barat, masyarakat masih percaya bahwa adanya layang-layang bertuah yang bisa memikat gadis.




Membuat Layang-Layang dari  Daun Kolope
Mengolah daun kolope menjadi kertas layang-layang tidaklah mudah. Kini hanya segelintir orang di Pulau Muna yang bisa membuat layang-layang dari daun kolope khas Pulau Muna. Daun kolope hanya merekahkan daunnya sekitar bulan Mei ketika iklim musim penghujan tiba namun saat itu daun terlalu muda untuk diolah menjadi kertas layang-layang. Baru sekitar bulan Juli daun kolope sudah cukup matang untuk dipetik sebagai bahan layangan.
Cara lain adalah menungu daun kolope itu kering secara alami lalu gugur di tanah. Akan tetapi, daun seperti itu terlalu rapuh dan mudah robek serta hasilnya kertas kolope akan berwarna kuning.
Kualitas terbaik daun Kolope adalah dipetik saat daun menua lalu panaskan di atas bara api (dikandela). Barulah setelah itu daun dijemur selama dua hari. Hasilnya bahan layangan berupa kertas putih, elastis dan kedap air.
Untuk satu layang-layang, dibutuhkan sekitar 100 lembar daun Kolope. Setelah menjadi kertas putih, daun-daun itu direkatkan satu sama lain pada sisi-sisinya sehingga menjadi satu lembaran yang utuh. Lembaran kertas dari daun kolope tersebut dikepik dengan kerangka kayu dan disimpan selama 5 hari. Berikutnya, lembaran itu dirajut dengan tali agar menjadi lembaran utuh kertas layang-layang. Sambil menunggu, dibuat kerangka layang-layang dari bambu (patu-patu) dan talinya dari daun nenas hutan.
Daun nenas yang dipetik pun adalah pilihan yaitu daun tua. Daun ini tidak langsung diolah melainkan disimpan dahulu selama 2 hari. Setelah kering, daun dikerok dengan bambu sehingga yang tersisa hanya serat lalu dicecar menjadi jumbai-jumbai benang. Jumbai-jumbai benang selanjutnya dipilin menjadi seutas tali yang siap dipakai. Satu helai daun nenas hutan dapat menghasilkan 10 meter tali layang-layang.
Ketika kerangka dan tali sudah siap, kemudian disatukan menjadi satu layang-layang Kolope utuh. Berikutnya adalah diberi sentuhan terakhir berupa nada dering (kamumu). Kamumu adalah semacam pita suara yang dibuat dari daun nyiur yang apabila ditiup angin akan bergetar dan menghasilkan bunyi khas mendayu terutama saat layangan dibiarkan terbang saat malam hari.
Setiap layangan memiliki ukuran kamumu masing-masing sesuai seleranya sehingga suara yang dihasilkannya juga menjadi spesifik dan dapat dikenali. Bagi telinga yang sering mendengar bunyi kamumu akan segera dapat menebak pemilik layang-layang yang terbang di langit saat malam hari. Layangan ini terbuat dari daun kolope kedap air sehingga tahan di udara selama berhari-hari atau sekehendak pemiliknya kapan pun ingin diturunkan.

Gunung Tidar di Tengah Kota Magelang

Gunung Tidar adalah gunung di Kota Magelang. Gunung ini tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan Militer. Gunung yang dalam legenda dikenal sebagai "Pakunya tanah Jawa" itu terletak di tengah Kota Magelang. Berada pada ketinggian 503 meter dari permukaan laut, Gunung Tidar memiliki sejarah dalam perjuangan bangsa. Di Lembah Tidar itulah Akademi Militer sebagai kawah candradimuka yang mencetak perwira pejuang Sapta Marga berdiri pada 11 November 1957.

Asal muasal nama Tidar sendiri banyak versi. Ada salah satu versi yang menyebutkan bahwa nama itu berasal dari kata “Mati dan Modar”. Jadi karena angkernya Gunung Tidar waktu dulu, maka kalau ada orang mendatangi gunung tersebut kalau tidak Mati ya Modar. Selain itu juga ada kisah menurut kepercayaan sebagian masyarakat, Gunung Tidar pada mulanya hanya ditinggali oleh para jin dan setan yang konon dipimpin oleh salah satu jin bernama Kiai Semar. Kiai Semar tidak sama dengan tokoh Semar dalam dunia pewayangan. Kiai Semar yang menguasai Gunung Tidar ini konon jin sakti yang terkenal seram. Setiap ada manusia yang mencoba untuk tinggal di sekitar Gunung Tidar, maka tak segan Kiai Semar mengutus anak buahnya yang berupa raksasa-raksasa dan genderuwo untuk memangsanya.

Hanya butuh waktu kurang dari 30 menit untuk sampai di puncak Tidar. Secara umum, Gunung Tidar memang masih cukup alami. Banyak tanaman pinus dan tanaman buah-buahan tahunan seperti salak hasil penghijauan era tahun 1960an menjadikan Gunung Tidar sangat rimbun.
Beberapa saat menapaki jalanan setapak pendakian kita akan bertemu dengan Makam Syaikh Subakir. Konon Syaikh Subakir adalah penakluk Gunung Tidar yang pertama kali dengan mengalahkan para jin penunggu Gunung Tidar tersebut. Menurut legenda (hikayat) Gunung Tidar, Syaikh Subakir berasal dari negeri Turki yang datang ke Gunung Tidar bersama kawannya yang bernama Syaikh Jangkung untuk menyebarkan agama Islam.
Tidak jauh dari Makam Syaikh Subakir, kita akan berjumpa dengan sebuah makam yang panjangnya mencapai 7 meter. Itulah Makam Kyai Sepanjang. Kyai Sepanjang bukanlah sesosok alim ulama, namun adalah nama tombak yang dibawa dan dipergunakan oleh Syaikh Subakir mengalahkan jin penunggu Gunung Tidar kala itu.
Situs makam terakhir yang kita jumpai sewaktu mendaki Gunung Tidar adalah Makam Kyai Semar. Namun menurut beberapa versi ini bukanlah makam kyai Semar yang ada dalam pewayangan. Tetapi Kyai Semar, jin penunggu Gunung Tidar waktu itu. Meski demikian banyak yang percaya ini memang makam Kyai Semar yang ada dalam pewayangan itu. Dan mana yang benar, adalah tinggal kita mau mempercayai yang mana.
Di puncak Gunung Tidar ada lapangan yang cukup luas. Di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah Tugu dengan simbol huruf Sa (dibaca seperti pada kata Solok) dalam tulisan Jawa pada tiga sisinya. Menurut penuturan juru kunci, itu bermakna Sapa Salah Seleh (Siapa Salah Ketahuan Salahnya). Tugu inilah yang dipercaya sebagian orang sebagai Pakunya Tanah Jawa, yang membuat tanah Jawa tetap tenang dan aman.
Menjelang bulan Ramdhan tiba, Gunung Tidar di Kota Magelang, Jawa Tengah selalu dibanjiri pengunjung. Di sana mereka melakukan ziarah kubur di makam tokoh-tokoh yang ada di puncak gunung yang terletak di tengah Kota Magelang itu. Ya, di sana ada makam Syeh Subakir, Kyai Sepanjang dan Kyai Semar yakni tokoh- tokoh yang mempunyai pengaruh besar terhadap sejarah di tanah Jawa.

7 Tempat Angker di Pulau Jawa

1. Kawasan Pantai Selatan Pulau Jawa
Konon pantai selatan pulau jawa dihuni oleh makhluk jin yang dipimpin Ratu Kidul atau orang menyebutnya Nyi Roro Kidul yang identik dengan warna hijau. Kawasan pantai selatan yang dianggap angker adalah Pantai Parangkusumo (Tempat labuhan Kraton Yogyakarta, dianggap sebagai pintu gerbang gaib keraton Laut Kidul), Pantai Parangtritis, Gua Langse (pertapaan).
2. Keraton Yogyakarta
Bila berkunjung ke keraton jogja di siang hari tentu tidak terlalu terasa keangkerannya. Tapi kalau sudah menjelang sore hingga malam hari suasana berubah 180 derajat. Memang suasananya indah, lampu-lampu menambah keindahan istana ini. Sunyi senyap suasananya, hanya beberapa abdi dalem yang lewat. Dilain pihak suasana sakral sangat terasa. Yang paling kuat adalah disekitar bangsal proboyeksa di belakang bangsal kencana. Ya pasti..karena tempat tersebut merupakan tempat penyimpanan pusaka kraton. Yang menjaga tentunya bukan manusia tapi khusus prajurit dari dunia lain.
Menurut rekan penulis yang merupakan fotografer senior yang mendapat tugas untuk mengambil foto bercerita banyak. Mulai dari camera yang selalu mati ketika dibidikan disuatu obyek padahal ketika diulang diobjek lain bisa hidup. Hasil foto yang yang tidak masuk akal ketika dicetak ternyata ada sepasang mata raksasa yang sedang mengawasi.
3. Makam Raja-Raja Imogiri
Makam imogiri merupakan makam Raja Mataram sampai keturunanya Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Untuk masuk areal makam raja harus mengenakan pakaian khusus dan menggunakan peraturan khusus. Tidak boleh sembarangan di makam ini.
4. Gunung Merapi
Setiap tahun Kraton Yogyakarta mengadakan labuhan untuk menghormati pengunggu gunung merapi Eyang Sapu Jagad . Bagi pendaki merapi pasti tidak asing dengan pasar bubrah. Pasar bubrah adalah pasarnya bangsa mahkluk halus. Watu gubug di Gunung Merbabu adalah pintu gerbang menuju kerajaan gaib. Di puncak gunung gede terdapat lapangan luas yang konon pendaki yang berkemah di sana sering mendengar derap kaki kuda atau melihat istana. Hampir dipastikan setiap empat tahun Gunung Merapi erupsi.
5. Alas Purwo Banyuwangi
Alas Purwo berada di pesisir selatan dekat pantai plengkung. Sejak dulu alas purwo digunakan untuk menguji ilmu bagi pertapa yang ingin berhubungan dengan dunia gaib.
6. Gunung Tidar Magelang
Gunung Tidar tidak hanya terkenal sebagai ikon atau identitas Kota Magelang. Bagi sebagian orang yang memang Melalakun spiritual, Gunung Tidar merupakan salah satu obyek yang menjadi tempat tujuan mereka untuk mendekatkan diri kepada Gusti Allah.
Dahulu, Gunung Tidar terkenal akan ke-angker-annya dan menjadi rumah bagi para Jin dan Makhluk Halus. Jalmo Moro Jalmo Mati, setiap orang yang datang ke Gunung Tidar bisa dipastikan kalau tidak mati ya modar (dan mungkin hal ini yang menjadi asal usul nama Tidar).
Berdasarkan penuturan Mbah Paiman selaku Juru Kunci Gunung Tidar, di Gunung Tidar terdapat 2 buah makam yaitu Makam Kyai Sepanjang dan Makam Sang Hyang Ismoyo (atau yang lebih dikenal sebagai Kyai Semar). Sedangkan tempat yang selama ini dikenal sebagai Makam Syekh Subakir sebenarnya hanyalah petilasan beliau.
7. Lawang Sewu
Lawang Sewu sudah terkenal dengan keangkerannya. Orang-orang yang tinggal disekitar perumahan sana sering mengatakan bahwa mereka melihat bayangan-bayangan dan sebagainya. Lawang Sewu terletak di Semarang, Jawa Tengah dan diberi nama Lawans Sewu yang dalam bahasa Jawa berarti Seribu Pintu karena bangunan ini mempunyai pintu yang banyak sekali.

Wednesday, 30 May 2012

Indahnya Karimunjawa

Karimunjawa - merupakan kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare, dengan keindahan lokasi wisata Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai banyak digemari para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Berdasarkan legenda yang beredar di kepulauan, Pulau Karimunjawa ditemukan oleh Sunan Muria salah satu dari Sembilan Wali Songo. Legenda itu berkisah tentang Sunan Muria yang prihatin atas kenakalan putranya, Amir Hasan. Dengan maksud mendidik, Sunan Muria kemudian memerintahkan putranya untuk pergi ke sebuah pulau yang nampak "kremun-kremun" (kabur) dari puncak Gunung Muria agar si anak dapat memperdalam dan mengembangkan ilmu agamanya. Karena tampak "kremun-kremun" maka dinamakanlah pulau tersebut Pulau Karimun.
Sejak tanggal 15 Maret 2001, Karimunjawa ditetapkan oleh pemerintah Jepara sebagai Taman Nasional. Karimunjawa adalah rumah bagi terumbu karang, hutan bakau, hutan pantai, serta hampir 400 spesies fauna laut, di antaranya 242 jenis ikan hias. Beberapa fauna langka yang berhabitat disini adalah elang laut dada putih, penyu sisik, dan penyu hijau.
Tumbuhan yang menjadi ciri khas Taman Nasional Karimunjawa yaitu Dewadaru (Crystocalyx macrophyla) yang terdapat pada hutan hujan dataran rendah.
Ombak di Karimunjawa tergolong rendah dan jinak, dibatasi oleh pantai yang kebanyakan adalah pantai pasir putih halus.
Karimunjawa berpenduduk lebih dari 8.000 jiwa di lima pulau yang berpenghuni. Tiga suku utama yang menghuni Karimunjawa adalah Suku Jawa yang bertani dan memproduksi alat kebutuhan rumah tangga, Suku Bugis yang adalah pelaut andal sehingga berprofesi sebagai nelayan, dan Suku Madura yang juga berprofesi sebagai nelayan tetapi memiliki kelebihan membuat ikan kering.
Pendidikan di Karimunjawa sudah menjangkau sampai tingkat SMU. Selain memiliki sekitar 10 SD (lima di Karimun, tiga di Kemujan dan masing-masing satu di Parang dan Genting), Karimunjawa juga memiliki satu SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan SMK Negeri jurusan Budidaya Rumput Laut serta Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan yang merupakan sekolah gratis, serta satu Madrasah Aliyah di Kemujan.
Transportasi paling umum digunakan untuk ke Karimunjawa adalah kapal dari Semarang dan Jepara. Dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, kapal Kartini I (kapal cepat) berangkat setiap Sabtu pukul 9 pagi keKarimunjawa  dan kembali dari Karimunjawa  setiap Minggu siang, lama penyebrangan 2-3 jam.
Dari Pelabuhan Pantai Kartini,Jepara terdapat Kapal Muria yang berangkat setiap dua hari sekali,lama penyebrangan kapal ekonomi ini +/- 6 jam pelayaran. perlu diperhatikan untuk jadwal kapal dari pelabuhan Jepara biasanya berangkat hari selasa,kamis,sabtu jam 9 pagi dan dari karimunjawa menuju jepara rabu,jumat,minggu jam 8 pagi. jadwal ini bisa berubah sesuai dengan cuaca atau ombak di laut jawa. seandainya terjadi gelombang tinggi maka pihak perhubungan di pelabuhan tidak akan memberikan izin pelayaran, dan jadwal keberangkatan kapal akan berubah mengikuti perubahan cuaca. Pelabuhan jepara juga bisa membawa Mobil dan motor untuk diseberangkan ke Karimunjawa.
Jalur udara dapat ditempuh dari Bandara Udara Ahmad Yani, Semarang menuju Bandar Udara Dewa Daru di Pulau Kemujan dengan pesawat sewa jenis CASSA 212 yang disediakan oleh PT. Wisata Laut Nusa Permai (Kura-Kura Resort). Waktu tempuh kurang lebih 30 menit.
Keindahan atau pesona Kepulauan Karimunjawa terdapat pada beberapa faktor di antaranya sebagai berikut :
  1. Terdapat 27 pulau yang memiliki keunikan sendiri-sendiri dan semua berpasir putih yang membentang sepanjang pesisir pantai.
  2. Memiliki kekayaan alam laut yang masih alami dan indah, seperti banyaknya terumbu karang dan biota laut di permukaan.
  3. Yang perlu anda ketahui selain menyimpan keindahannya Karimun Jawa juga terdapat penangkaran hiu yang kita bisa berenang di situ.
  1. Terdapat penginapan di atas laut (Wisma Apung).
  2. Keramahan penduduk setempat yang tidak begitu mementingkan materi.
  3. Letak yang strategis mudah di jangkau dari berbagai tempat karna terletak di tengah Pulau Jawa.
  4. Keadaan perairan yang jerhih, bersih dan tidak bergelombang tinggi sehingga aman untuk di kunjungi para wisatawan.

Tuesday, 29 May 2012

Wisata Candi Plaosan

Candi Plaosan - merupakan sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunana pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno.


Kompleks Candi Plaosan Lor memiliki dua candi utama. Candi yang terletak di sebelah kiri (di sebelah utara) dinamakan Candi Induk Utara dengan relief yang menggambarkan tokoh-tokoh wanita, dan candi yang terletak di sebelah kanan (selatan) dinamakan Candi Induk Selatan dengan relief menggambarkan tokoh-tokoh laki-laki. Di bagian utara kompleks terdapat masih selasar terbuka dengan beberapa arca buddhis. Kedua candi induk ini dikelilingi oleh 116 stupa perwara serta 50 buah candi perwara, juga parit buatan.

Pada masing-masing candi induk terdapat 6 patung/arca Dhyani Boddhisatwa. Walaupun candi ini adalah candi Buddha, tetapi gaya arsitekturnya merupakan perpaduan antara agama Buddha dan Hindu.Candi Induk Selatan Plaosan Lor dipugar pada tahun 1962 oleh Dinas Purbakala. Sementara itu, Candi Induk Selatan dipugar pada tahun 1990-an oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah.
Berbeda dari Candi Plaosan Lor, Candi Plaosan Kidul belum diketahui memiliki candi induk. Pada kompleks ini terdapat beberapa perwara berbentuk candi dan stupa. Sebagian di antara candi perwara telah dipugar.
Bangunan Candi Plaosan Lor memiliki halaman tengah yang dikelilingi oleh dinding dengan pintu masuk di sebelah barat. Pada bagian tengah halaman itu terdapat pendopo berukuran 21,62 m x 19 m. Pada bagian timur pendopo terdapat 3 buah altar, yaitu altar utara, timur dan selatan. Gambaran Amitbha, Ratnasambhava, Vairochana, dan Aksobya terdapat di altar timur. Stupa Samantabadhara dan figur Ksitigarbha ada di altar utara, sementara gambaran Manjusri terdapat di altar barat.
Candi Plaosan Kidul juga memiliki pendopo di bagian tengah yang dikelilingi 8 candi kecil yang terbagi menjadi 2 tingkat dan tiap-tiap tingkat terdiri dari 4 candi. Ada pula gambaran Tathagata Amitbha, Vajrapani dengan atribut vajra pada utpala serta Prajnaparamita yang dianggap sebagai "ibu dari semua Budha". Beberapa gambar lain masih bisa dijumpai namun tidak pada tempat yang asli. Figur Manujri yang menurut seorang ilmuwan Belanda bernama Krom cukup signifikan juga bisa dijumpai.
Bagian Bas relief candi ini memiliki gambaran unik pria dan wanita. Terdapat seorang pria yang digambarkan tengah duduk bersila dengan tangan menyembah serta figur pria dengan tangan vara mudra dan vas di kaki yang dikelilingi enam pria yang lebih kecil. Seorang wanita ada yang digambarkan sedang berdiri dengan tangan vara mudra, sementara di sekelilingnya terdapat buku, pallet dan vas. Krom berpendapat bahwa figur pria wanita itu adalah gambaran patron supporter dari dua wihara.
Seluruh kompleks Candi Plaosan memiliki 116 stupa perwara dan 50 candi perwara. Stupa perwara bisa dilihat di semua sisi candi utama, demikian pula candi perwara yang ukurannya lebih kecil. Bila berjalan ke bagian utara, anda bisa melihat bangunan terbuka yang disebut Mandapa. Dua buah prasati juga bisa ditemui, yaitu prasasti yang di atas keping emas di sebelah utara candi utama dan prasasti yang ditulis di atas batu di Candi Perwara baris pertama.
Salah satu kekhasan Candi Plaosan adalah permukaan teras yang halus. Krom berpendapat teras candi ini berbeda dengan teras candi lain yang dibangun di masa yang sama. Menurutnya, hal itu terkait dengan fungsi candi kala itu yang diduga untuk menyimpan teks-teks kanonik milik para pendeta Budha. Dugaan lain yang berasal dari para ilmuwan Belanda, jika jumlah pendeta di wilayah itu sedikit maka mungkin teras itu digunakan sebagai sebuah wihara (tempat ibadah umat Budha).
Jika melihat sekeliling candi, anda akan tahu bahwa Candi Plaosan sebenarnya merupakan kompleks candi yang luas. Hal itu dapat dilihat dari adanya pagar keliling sepanjang 460 m dari utara ke selatan serta 290 m dari barat ke timur, juga interior pagar yang terdiri atas parit sepanjang 440 m dari utara ke selatan dan 270 m dari barat ke timur. Parit yang menyusun bagian interior pagar itu bisa dilihat dengan berjalan ke arah timur melewati sisi tengah bangunan bersejarah ini.

Gesang Sang Pencipta Lagu Bengawan Solo

Bengawan Solo - adalah sebuah lagu berirama keroncong  penciptaan terkenal sampai akhir masa Gesang. Kreasi ini pada tahun 1940, lagu itu terinspirasi dari sebuah sungai asli dengan nama yang sama di Jawa Tengah. Lirik menggambarkan sungai dengan gaya nostalgia. Setelah Perang Dunia II, pasukan Jepang yang kembali ke negaranya membawa lagu ini dengan mereka. Di sana, lagu ini menjadi populer setelah menyanyikan berbagai penyanyi, termasuk Toshi Matsuda. Lagu ini diciptakan pada tahun 1940 oleh Gesang, saat ia berusia 23 tahun. Gesang muda ketika itu beliau sedang duduk di tepi Sungai Solo. Ia selalu kagum dengan sungai, terinspirasi untuk menciptakan lagu. Proses penciptaan lagu memakan waktu sekitar 6 bulan.Lagu solo juga memiliki popularitas tersendiri di luar negeri, terutama di Jepang. Solo digunakan dalam salah satu film Jepang.
Gesang Biogafi
 
Gesang  Martohartono, Gesang (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 1 Oktober 1917 - meninggal di Surakarta, Jawa Tengah, 20 Mei 2010 pada usia 92 tahun) adalah seorang penyanyi dan penulis lagu dari Indonesia. Dikenal sebagai "maestro keroncong Indonesia," ia terkenal lewat lagu Solo ciptaannya, yang terkenal di Asia, khususnya di Indonesia dan Jepang. Kreasi 'Solo' lagu telah diterjemahkan ke dalam sedikitnya 13 bahasa (termasuk Inggris, Cina, dan Jepang) yang tinggal Gesang di Jalan Bedoyo Nomor 5 Desa Kemlayan, Serengan, Solo dengan keponakan dan keluarganya, setelah sebelumnya tinggal di rumahnya Palur, sekarang rumahnya dijadikan museumuntuk mengenang jasa besar maestro keroncong. Perumahan ketentuan pada tahun 1980 Gubernur Jawa Tengah selama 20 tahun. Dia telah berpisah dengan istrinya tahun 1962. Selepasnya, memilih untuk hidup sendiri.Gesang pada awalnya tidak penulis lagu. Sebelumnya, ia hanya seorang penyanyi lagu-lagu keroncong untuk acara dan memiliki pesta kecil di kota Solo. Dia juga telah menciptakan beberapa lagu, seperti Keroncong Roda Dunia, keroncong Panti Asuhan, dan Sapu Tangan, selama Perang Dunia II. Sayangnya, tiga lagu tidak diterima dari masyarakat.

Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi...
Perhatian insani

Musim kemarau
Tak seberapa airmu
Dimusim hujan air..
Meluap sampai jauh

Mata airmu dari Solo
Terkurung gunung seribu
Air meluap sampai jauh
Dan akhirnya ke laut

Itu perahu
Riwayatnya dulu
Kaum pedagang selalu...
Naik itu perahu


Sebagai gambaran, inilah lagu bengawan solo 
versi bahasa Inggris dinyanyikan oleh Mona Fong, kelahiran China penyanyi. Untuk informasi, Solo trek juga muncul dalam film In the Mood for Love / Fa Yeung Nin Wa Wong Kar Wai dibuat.

Friday, 25 May 2012

The Tielman Brothers

The Tielman Brothers  adalah sebuah grup musik asal Indonesia. Mereka adalah anak dari Herman Tielman asal Kupang dan Flora Lorine Hess asal Semarang Musik mereka beraliran rock and roll, namun orang-orang di Belanda biasa menyebut musik mereka Indorock, sebuah perpaduan antara musik Indonesia dan Barat, dan memiliki akar di Keroncong. The Tielman Brothers adalah yang band Belanda-Indonesia pertama yang berhasil masuk internasional pada 1950-an. Mereka adalah salah satu perintis rock and roll di Belanda. Band ini cukup terkenal di Eropa, jauh sebelum The Beatles dan The Rolling Stones
.
The Tielman Brothers pernah tampil di Istana Negara Jakarta dihadapan Presiden Soekarno. Karier rekaman mereka dimulai ketika keluarga Tielman pada tahun 1957 hijrah dan menetap di Breda, Belanda. Nama The Tielman Brothers lebih dikenal di Eropa, terutama Belanda. Di Indonesia sendiri, nama The Tielman Brothers masih menjadi nama yang asing, sebuah kenyataan yang sangat disayangkan.
The Beatles Terinspirasi The Tielman Broters
Kepindahan mereka ke negeri Belanda dengan membawa budaya tropis dan kecintaan kepada gitar ini ternyata melahirkan "Indo-Rock" yang terkenal itu. Ciri kuat Indo-Rock adalah dominasi gitar, instrumen yang dikenalkan orang-orang Portugis saat datang ke Hindia-Belanda sekitar abad ke-14. Permainan gitar ala Portugis yang akhirnya dikenal sebagai musik keroncong ini dipadukan oleh anak-anak Maluku itu dengan musik Hawaii, country, dan rock'n'roll yang mereka dengar dari radio-radio Amerika Serikat yang dipancarluaskan dari Filipina atau Australia.
Ada beberapa fakta yang sangat mengejutkan dari band ini. Jauh sebelum publik rock terpesona dan berdecak kagum dengan permainan gila gitaris Jimi Hendrix pada tahun 1967, salah satu personil TheTielman Brothers, Andy Tielman, sang frontman telah memulai teknik tersebut pada tahun 1956 atau 11 tahun sebelum Jimi Hendrix bereksperimen dengan gitarnya. Gaya Andy dan teknik gitarnya sangat memukau. Gitar yang dipetik menggunakan gigi, kaki, jauh mendahului Jimi Hendrix.
Konon, Paul McCartney ternyata mengagumi band ini dan terinspirasi The Tielman Brothers sebelum The Beatles terkenal pada awal 1960-an. Maklumlah, The Tielman Brothers telah membawakan lagu-lagu rock n roll jauh sebelum The Beatles muncul. Saat The Beatles manggung pertama kali di Jerman, grup band asal Inggris ini sempat melihat penampilan The Tielmans Brothers yang manggung menggunakan Hofner Violin bass. Dan saat itulah untuk yang pertamakalinya Paul melihat Bass Violin Hofner. Andy Tielmans sang gitaris memakai Fender Jazz Master khusus 10 strings. Fender sengaja mengirim representative-nya ke Jerman saat itu untuk merancang gitar buat Andy Tielmans.
Di tahun 1958 TheTielmans Brothers punya 3 album yang jadi hits di seluruh dunia dan memiliki banyak Gibson Les Paul keluaran pertama yang baru di impor ke Belanda saat itu.
Dalam perjalanan sebuah band, tentunya ada kisah yang tidak menyenangkan pula, seperti halnya pergantian dan keluar masuknya personil band. Bagi The Tielman Brothers, hal itu bukanlah masalah sehingga bisa membuat band ini harus berhenti di tengah jalan. Yang ada malah prestasi yang luar biasa, dimana mereka bisa tetap eksis dan tampil di beberapa Negara di Eropa selain Belanda seperti Belgia dan Jerman.
Sayangnya, di tahun 1976 band ini dikabarkan bubar karena boleh dikatakan permainan musik mereka terkesan monoton dan tidak ada perkembangan alias kurang eksploratif. Mereka bermain musik di tataran yang itu-itu saja, dan itulah yang akhirnya membuat publik menjadi bosan. Begitupun, karya mereka sampai sekarang masih sangat digemari di luar negeri, terutama di Belanda.
My Maria, You’re Still The One, Black Eyes, dan Rock Little Baby. Merupakan lagu yang diciptakan oleh mereka dan mereka memakai aliran indorock, karena mereka semua berasal dari Indonesia.

Sunday, 6 May 2012

Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Tempat Pengasingan Bung Karno di Ende - rumah beratap seng ini berada di daerah Nggobe tepatnya di Jalan Perwira, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Di sinilah Anda dapat meresapi bagaimana Bung Karno menjalani keseharian hidupnya bersama keluarga diasingkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda selama 4 tahun (1934-1938). Di balik perjuangannya selama pengasingan.
Rumah yang menghadap ke timur di Pelabuhan Ende ini awalnya milik Haji Abdullah Ambuwaru yang kemudian dikontrak oleh Bung Karno. Luas bangunannya 9 x 18 m², memiliki tiga kamar yang berderet di sisi kanannya. Satu kamar tidur untuk Bung Karno, satu kamar untuk Ibu Inggit bersama Ibu Amsih, dan satu kamar lagi untuk ruang tamu.

Di belakang rumah ini juga ada sebuah ruangan yang sering digunakan Bung Karno untuk salat dan bermeditasi. Masih membekas dua telapak tangan Bung Karno ketika ia bersujud. Ada juga sebuah sumur yang airnya masih dapat digunakan hingga sekarang.  
Tidak banyak yang berubah dari bentuk asli rumah yang dibangun tahun 1927 itu, kecuali saja atap sengnya yang diganti karena bocor. Rumah ini sejak tahun 1954 resmi dijadikan museum dan setelah Indonesia merdeka, Bung Karno sudah tiga kali berkunjung.
Sekarang rumah yang selama 4 tahun menjadi tempat pengasingan Bung Karno ini dijadikan museum, didalamnya terdapat barang - barang peninggalan Bung Karno masa itu.
Di sebuah lemari kaca ada dua tongkat kayu yang biasa dibawa Bung Karno dimana ujungnya berkepala kera. Tongkat tersebut digunakan Bung Karno apabila bertemu dengan Pemerintah Hindia Belanda. Bung Karno tidak membalas hormat penguasa Hindia Belanda dengan anggukan tetapi dengan mengarahkan tongkatnya yang berkepala kera. Cara ini sebagai simbol bahwa sifat penjajah hanya bisa dihargai oleh binatang dan tidak oleh sesama manusia.
Menurut cerita masyarakat, saat hari panas maka Bung Karno sering duduk berteduh di bawah pohon sukun tersebut sambil memandangi daun sukun yang bergigi lima buah dan bersudut lima pada setiap sisinya. Di bawah pohon itu Bung Karno merenungkan dasar negara Indonesia yang kelak menjadi Pancasila. Pemikiran Bung Karno di Ende sudah meliputi semua sila Pancasila. Saat itu, Bung Karno menyebut sebagai Lima Butir Mutiara. Tidaklah salah apabila Ende disebut sebagai Rahim Pancasila. Ende telah memberi pengaruh besar bagi Bung Karno, terutama kerukunan hidup antarumat beragama di Ende.

Festival Balon Udara Tradisional Wonosobo

Festival Balon Udara Tradisional Wonosobo - sebuah festival penerbangan balon udara yang besar, tetapi menggunakan alat yang masih tradisional. Festival ini biasanya untuk memperingati hari jadi Kabupaten Wonosobo. Festival yang biasanya diselenggarakan bulan Juli ini memang pantas untuk dinikmati.

Balon udara yang diikutkan dalam festival ini bukan balon biasa tapi balon raksasa yang dibuat berukuran dengan diameter 24 meter dan tinggi 14 meter. Disebut tradisional karena balon tidak berbuat dari plastik tetapi hanya dari kertas minyak, dan balon udara ini tidak dinaiki orang.
Untuk membuat balon bisa terbang diperlukan kompor yang produksi asap sedang berproses penerbangan balon sedikitnya diperlukan 10 orang. Setelah asap masuk kedalam ruang dalam balon perlahan - lahan balon terbang ke udara. Tidak semua balon bisa terbang mulus karena beberapa diantaranya pecah di udara, namun kenyataan inilah yang justru menebah meriahnya festival. Dulu dalam festival ini kompor juga ikut diterbangkan, namun sekarang karena banyaknya rumah dan kabel-kabel listrik, maka diganti dengan asap. Jika balon udara ini mulus dalam terbang, maka balon udara ini bisa sampai keluar Wonosobo.

Ampo Makanan Tanah Liat

Ampo - apa yang anda bayangkan ketika tanah liat masuk kedalam tubuh anda, pasti tidak enak di bayangan anda. Ampo makanan tanah liat yang dipanggang. Makanan ini tidak sembarang dalam menggunakan tanah liat, tanah liat harus bebas dari kerikil maupun pasir.
Tanah liat dipercaya dapat membantu pencernaan, makanan dari Tuban, Jawa Timur, Brebes dan Blora Jawa Tengah ini dalam pikiran anda hanya bisa dibuat genteng atau batu bata, tetapi ditangan mereka tanah liat dijadikan makanan ringan untuk kesehatan.
Proses pembuatan ampo ternyata cukup sederhana. Pertama, tanah liat dibentuk persegi panjang kemudian dipadatkan menggunakan kayu palu berukuran besar. Tanah berbentuk persegi panjang lalu dijemur sampai kering. Selanjutnya tanah diiris tipis - tipis kemudian langsung dimasak menggunakan tungku berukuran besar.
Ampo juga di pesan juga oleh para nelayan, mereka menganggap makanan ini bisa menjaga tubuh mereka agar tetap fit. 

Saturday, 5 May 2012

Tradisi Berburu Paus Masyarakat Lamalera

Tradisi Berburu Paus - tradisi ini hanya ada di Nusa Tenggara Timur tepatnya di Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata. Tradisi ini telah memperkenalkan penduduk di kaki gunung labalekan ke seluruh dunia. Tradisi yang turun-temurun dari nenek moyang mereka, diprediksi tradisi yang menyiksa paus ini sejak abad ke-16.
Para nelayan tradisional hanya dilengkapi satu-satunya senjata andalan berupa tombak yang dinamakan tempuling. Senjata tradisional ini berupa sebatang bambu panjang yang di salah satu ujungnya ditancap besi runcing. Dengan senjata itu mereka berusaha membunuh ikan paus, yang besar tubuhnya puluhan kali lebih besar dari tubuh manusia.
Sebelum musim berburu, Desa Lamalera memiliki tradisi atau budaya penangkapan paus yang setiap tahunnya diadakan upacara adat sekaligus misa untuk memohon berkah dari sang leluhur serta mengenang para arwah nenek moyang mereka yang gugur di medan bahari bergelut dengan sang paus. Upacara dan Misa atau biasa di sebut lefa dilaksanakan setiap tanggal 1 Mei.
Perburuan paus biasanya dimulai pada bulan mei, perburuan dilakukan menggunakan perahu yang terbuat dari kayu yang disebut paledang. Orang yang bertugas menikam paus disebut lama fa. Orang ini berdiri di ujung perahu, buritan atau haluan, saat paus yang diburu mulai kelihatan. Lama fa selalu mencari kesempatan untuk menikamkan tempuling di tubuh paus. Tombak atau tempuling bukan sekadar dilempar ke tubuh paus, melainkan si lama fa melompat menuju paus sambil memegang tempuling dan dengan kekuatan penuh menghujamkan tempuling ke tubuh paus.
Walaupun sudah ada beberapa konvensi yang melarang perburuan ikan paus, tradisi berburu ikan paus ini sampai sekarang masih tetap dipertahankan. Para penduduk Lamalera mengatakan, mereka tahu ikan paus mana yang menjadi buruan mereka. Ikan paus yang masih kecil dan yang sedang hamil tidak akan diburu. Hal itu untuk menjaga populasi paus di daerah Lamalera.
Tak jarang dari mereka, para pemburu menjadi korban keganasan paus yang melawan, dan jika begitu masyarakat beranggapan bahwa yang menjadi korban adalah para mereka yang tidak bersih maksudnya mereka ada masalah dengan istri atau anak yang belum selesai.


Kopi Kawa Minuman dari Daun Kopi

Kopi Kawa - atau orang Minang mengatakan Kawa Daun, minuman yang satu ini memeng berbeda dengan kopi yang anda beli di warung. Kopi khas Provinsi Sumatra Barat ini tidak terbuat dari biji kopi, melainkan dari daun pohon Kopi. Dari jenis kopi tidak semua pohon kopi bisa dihasilkan kopi ini, hanya kopi tertentu yang dibuat oleh masyarakat.

Selain bahan dasarnya, cara penyajiannya juga berbeda, biasanya kopi dihidangkan menggunakan gelas, tetapi kopi ini menggunakan tempurung kelapa, dibawah tempurung kelapa terdapat potongan bambu setinggi sekitar 10cm untuk menyangga tempurung kelapa. Anda bisa menemui minuman ini di kawasan Batusangkar sampai Bukittinggi atau kota lainnya yang masih satu provinsi.


Asal mula minuman ini ketika penjajahan Jepang, dimana ketika itu hasil kopi dari petani langsung di ekspor ke luar negeri, mengakibatkan masyarakat waktu itu memanfaatkan daun kopi untuk membuat kopi.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons