Friday, 28 September 2012

Kampung Bena Perkampungan Megalit Pulau Flores

Kampung Bena - adalah salah satu perkampungan megalit(ikum) yang terletak di Kabupaten Ngada. Tepatnya di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, sekitar 19 km selatan Bajawa.

Konon, kampung ini memiliki bebatuan besar megalit yang masih tersisa dan terjaga keasliannya di Bajawa. Dengan kata lain, kampung ini menyajikan banyak keaslian budaya megalit dari mulai kubur batu, upacara adat, bentuk rumah maupun tata cara hidup. Keunikan lainnya untuk Anda para penjelajah, kampung ini masih sangatlah asri dan hening dikarenakan belum adanya teknologi yang digunakan.

Menurut catatan Pemerintah Kabupaten Ngada, Kampung Bena diperkirakan telah ada sejak 1.200 tahun yang lalu. Hingga kini pola kehidupan serta budaya masyarakatnya tidak banyak berubah. Dimana masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Kampung Bena dihuni oleh Suku Ngada yang memiliki kelestarian adat istiadat murni tanpa adanya intervensi dari pengembangan gaya hidup modern sekalipun. Termasuk diantaranya adalah tata cara hidup yang masih memegang teguh filosofi nenek moyang seperti adanya persembahan kerbau untuk upacara pendirian rumah baru –persembahan dengan memukul-mukulkan kerbau ke batu hingga mati-, adanya persembahan penebangan pohon –dengan tidak sembarangan menebang pohon- sebagai persembahan pembangunan agar menjauhi amarah dari penghuni hutan. Sungguh beragam keunikan yang disajikan Bajawa untuk Anda telusuri, rumah tradisiona yang masih menggunakan kayu dan standarisasi pembangunan ukuran rumah dari nenek moyan menambah sajian wisata budaya Bajawa semakin terlihat unik.


Kampung ini saat ini terdiri kurang lebih 40 buah rumah yang saling mengelilingi. Badan kampung tumbuh memanjang, dari utara ke selatan. Pintu masuk kampung hanya dari utara. Sementara ujung lainnya di bagian selatan sudah merupakan puncak sekaligus tepi tebing terjal.
Situs yang sebenarnya sudah didaftarkan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO tahun 1995 walaupun belum diterima namun Ternyata kampung ini menjadi langganan tetap wisatawan dari Jerman dan Italia.
Ditengah-tengah kampung atau lapangan terdapat beberapa bangunan yang mereka menyebutnya bhaga atau ngadhu. Bangunan bhaga bentuknya mirip pondok kecil (tanpa penghuni). Sementara ngadhu berupa bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk hingga bentuknya mirip pondok peneduh. Tiang ngadhu biasa dari jenis kayu khusus dan keras karena sekaligus berfungsi sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika pesta adat.
Penduduk Bena termasuk ke dalam suku Bajawa. Mayoritas penduduk Bena adalah penganut agama katolik. Umumnya penduduk Bena, pria dan wanita, bermata pencaharian sebagai peladang. Untuk kaum wanita masih ditambah dengan bertenun.

Pada awalnya hanya ada satu klan di kampung ini yaitu klan Bena. Perkawinan dengan suku lain melahirkan klan-klan baru yang sekarang ini membentuk keseluruhan penduduk kampung Bena. Hal ini bisa terjadi karena penduduk Bena menganut sistem kekerabatan matriarkat.

Bertengger dengan berporoskan pada Gunung Inerie (2.245 mdpl), Kampung Bena di Bajawa adalah salah satu dari desa tradisional Flores yang masih tersisa meninggalkan jejak-jejak budaya megalit yang mengagumkan. Desa ini lokasinya hanya 18 km dari kota Bajawa di Pulau Flores. Kota Bajawa yang terletak di cekungan seperti sebuah piring yang dipagari barisan pegunungan. Kota ini banyak dikunjungi wisatawan apalagi cuacanya cukup dingin, sejuk, dan berbukit-bukit, mirip seperti di Kaliurang, Yogyakarta.

Kehidupan di Kampung Bena dipertahankan bersama budaya zaman batu yang tidak banyak berubah sejak 1.200 tahun yang lalu. Di sini ada 9 suku yang menghuni 45 unit rumah, yaitu: suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Pembeda antara satu suku dengan suku lainnya adalah adanya tingkatan sebanyak 9 buah. Setiap satu suku berada dalam satu tingkat ketinggian. Rumah suku Bena sendiri berada di tengah-tengah. Karena suku Bena dianggap suku yang paling tua dan pendiri kampung maka karena itu pula dinamai dengan nama Bena.


0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons