Thursday, 30 August 2012

Air Terjun Cunca Rami Kabupaten Manggarai Barat


Selain Taman Nasional Komodo, ada juga obyek wisata lain di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur yang tak kalah unik yakni air terjun Cunca Rami yang sering dikunjungi wisatawan mancanegara setiap hari. Air terjun Cunca Rami yang tingginya 70 meter terletak di Desa Lamung, Kecamatan Mbeliling. Setiap pemandu lokal mengantar wisatawan ke lokasi air terjun cunca Rami dari Labuan Bajo.
Air terjun Cunca Rami memiliki keunikan tersendiri dimana pada musim kemarau dan hujan, air terjunnya tetap sama mengalir deras. Bahkan, air terjun Cunca Rami memiliki sebuah sungai dibawahnya, dimana wisatawan bisa mandi dengan bantuan pemandu lokal.

Untuk menuju ke air terjun Cunca Rami, wisatawan dari Kota Labuan Bajo dapat menggunakan sepeda motor atau menggunakan kendaraan umum menuju ke Kota Ruteng. Jarak tempuh dari Kota Labuan Bajo menuju Ruteng diperkirakan 1,5 jam dengan menggunakan sepeda motor.

Ada tiga pintu masuk menuju ke air terjun Cunca Rami. Pertama, wisatawan dari Labuan Bajo menuju ke Kampung Cecer melakukan perjalanan atau trekking dengan melintasi kawasan hutan Mbeliling sampai tiba di persawahan sekitar air terjun Cunca Rami. Kedua, wisatawan berjalan kaki dengan mendaki melalui Gua Waelia dengan melintasi kawasan hutan Mbeliling sampai di Kampung Lamung dan jalan menurun menuju ke persawahan di sekitar air terjun Cunca Rami. Ketiga, perjalanan kaki melalui Kampun Waelelos menuju ke Kampung Rangat dan menuruni lembah sampai di persawahan sebelum masuk ke air terjun Cunca Rami.

setiap pagi dan sore sering melihat wisatawan yang berkunjung ke air terjun Cunca Rami. Warga masyarakat setempat sering mengantar turis ke lokasi air terjun tersebut. Bahkan di kampung-kampung sudah dibuat papan petunjuk ke lokasi air terjun Cunca Rami yang dibuat masyarakat agar wisatawan tidak tersesat menuju ke lokasi air terjun Cunca Rami.

Saturday, 25 August 2012

Iwan Fals

Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 3 September 1961; umur 50 tahun) adalah seorang Penyanyi beraliran balada dan Country yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.

 
Lewat lagu-lagunya, 
ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia pada akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun demikian, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.

Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke manca negara.


Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalam paduan suara sekolah.

Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, namun album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta fans fanatik Iwan Fals.

Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records, tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.

Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.

Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas. Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.[rujukan?]

Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara.[rujukan?] Beberapa konser musiknya pada tahun 80-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.

Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror.[rujukan?] Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.

Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karier Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.[rujukan?]

Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personel SWAMI.

Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun bandnya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.[rujukan?]
Keluarga

Iwan lahir dari pasangan Lies (ibu) dan Kolonel Anumerta Sucipto (ayah). Iwan menikahi Rosana yang akrab disapa "Mbak Yos", hasil dari pernikahannya Iwan memiliki tiga anak yaitu, Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Bassae, dan Raya Rambu Rabbani.

Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trademark ayahnya. Galang kemudian menjadi drummer kelompok DEMIT dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya tahun 1997.

Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1982 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1982).

Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judul Anisa pada tahun 1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian penata musik masih tertulis kata Anissa.

Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri Dan Mencoba Bermain IRC dan ikut masuk Dalam Kelompok Gang IRC DEMIT dan sering menghabiskan waktu untuk ngeflood bersama 2 partnernya yaitu TObeenkz ILerz Dan SkYrIDerS di berbagai Server Di IRC, Alhasil dia pun akhirnya sering DC (dibaca DiSi = Disconnected) dan Jadi Buronan CopIRC.

Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri karna sering DC jadi buronan CopIRC setelah itu dia pun mulai bangkit dengan munculnya album Suara Hati DEMIT yang didalamnya terdapat lagu Hadapi Saja CopIRC yang bercerita tentang dibalik Aksi serangan serangan yang selalu diluncurkan oleh DEMIT crewz dalam menghadapi CopIRC . Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.

Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan puitis.[rujukan?] Iwan Fals juga sempat membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.

Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals dianugrahi seorang anak lelaki yang diberi nama Raya Rambu Rabbani. Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.[rujukan?]

Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggot yang dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.

Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada. Rosana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarier. alasan saya mengidolakannya adalah : beliau dapat "membaca"permasalahan yang ada dan dapat menyampaiannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk musi yang dapat dimrngerti dengan mudah serta beliau dapat dijadikan inspirasi bagi kalangan yang disebut anti kemapanan.

Tuesday, 21 August 2012

Berwisata ke Rumah Asli Bali


Wisata rumah asli Bali - ini terletak di Banjar Punida Negara, Batuan, Sukawati, Gianyar. Di tempat ini terdapat tiga unit bangunan asli Bali yang masih utuh. Letaknya persis di sebelah timur jalan raya Punida, Batuan. Kawasan ini dikenal dengan beragam hasil kerajinan tangan dan perak.
Ciri khas pada bangunan ini antara lain pintu gerbang rumah berukuran kecil berbahan batu atau tanah, atap bangunan rumah terbuat dari rumput ilalang.

Suasana lestari dan asri jelas terasa ketika berada di dalam pekarangan dengan luas lahan sekitar lima are. Tampak beberapa rumah tinggal dan beberapa bale (rumah) yang tetap terjaga keasliannya. 

Bangunan utama yang tampak asli di antaranya bale daja, bale dauh, bale dangin, dan paon (dapur).
Lapisan dinding masih asli terbuat dari tanah dan tetap lengket menempel. Begitu juga pada bagian lantai, posisinya tetap rapat antara satu dengan yang lainnya. Sementara pada bagian halaman tampak hamparan batu berukuran sedang tersusun rapi yang ditumbuhi beberapa aneka bunga.

Salah satu pemilik yang merupakan generasi ketiga penghuni rumah asli bali tersebut mengaku selalu melakukan upaya perawatan sekaligus perbaikan kecil-kecilan agar rumah asli Bali ini tetap terawat.
"Di rumah ini saya hanya lebih sering melakukan kegiatan bersih-bersih, juga melakukan kegiatan beternak. Anak saya melakukan kegiatan seni ukir untuk ditawarkan langsung ke tamu dan juga kerajinan patung. Saya orang yang biasa, tak punya sesuatu lebih," jelas pemilik rumah, Anak Agung Gede Raka.

Penghuni lain yang jaraknya berdekatan juga mengaku, rumahnya kadang didatangi pasangan calon pengantin untuk melakukan kegiatan foto pre-wedding, selain dikunjungi oleh wisatawan asing.

Ada 3 Proklamasi di Indonesia


Proklamasi 17 Agustus 1945

Pagi itu di jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, sudah dipenuhi dengan orang-orang yang berharap peristiwa besar akan terjadi. Jumat, 17 Agustus 1945, halaman rumah di jalan Pegangsaan Timur no.56 menjadi tempat berkumpulnya para pemuda. Sebuah tiang menjadi tatapan dan mereka berharap mimpinya akan berkibar di ujung tiang itu.

Seseorang memasuki halaman, lalu menuju ke dalam rumah. Sejenak ia mendapatkan keheningan, waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Lalu ia memasuki sebuah kamar dan mendapatinya sedang tertidur pulas. Pelan-pelan ia mengusap kaki seseorang yang terlihat lelah. Lelaki itu baru pulang pagi tadi dari Rengasdengklok.

Lelaki itu terbangun dan memandangnya. Senyumnya begitu lemah, terucap kata, “pating greges.” Tamu yang disapanya memberikan obat, setelah memeriksa ada panas di tubuh lelaki yang dibangunkannya.

Dialah seorang dokter bernama dr. R. Soeharto, dan lelaki yang mengatakan dirinya tak enak badan itu adalah Soekarno. Lalu atas persetujuan Soekarno, sang dokter memberinya sebuah suntikan chinine-urethan intramusculair. Lalu Soekarno melanjutkan tidurnya sejenak.

Pukul 9.30 pagi, Soekarno terbangun, tubuhnya terlihat lebih sehat. Ketika berjumpa dengan sang dokter, ia meminta agar Hatta segera dipanggil untuk datang.

Dengan berpakaian rapi, mengenakan pakaian serba putih (celana lena putih dan kemeja putih) dengan potongan yang saat itu popular disebut sebagai “kemeja pimpinan” dengan bersaku empat, Soekarno menyambut Hatta dan segera menuju halaman depan rumahnya. Sebuah teks Proklamasi dibacakan.

Inilah sebuah pernyataan kemerdekaan yang sebelumnya di dalam pidatonya Soekarno ada mengatakan “…sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan tanah air di tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib di tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya…”

Puncak perjuangan yang pada akhirnya harus keluar dari mulut Soekarno, sebuah bukti sejarah bahwa ia memang layak mengambil posisi untuk menyatakan itu. Karena sebelum Proklamasi ini terjadi, sebelumnya juga sudah dibacakan dua proklamasi yaitu Proklamasi Gorontalo 23 Januari 1942 dan Proklamasi Cirebon 15 Agustus 1945. Namun kedua Proklamasi ini tidak diakui sebagai buah pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia dalam arti sebagai hari peringatan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Proklamasi Gorontalo 23 Januari 1942

Kekalahan Belanda oleh Jepang, pada Perang di Laut Jawa, membuatnya menjadi gelap mata. Gorontalo dibumi hanguskan yang dimulai pada tanggal 28 Desember 1941. Adalah seorang pemuda bernama Nani Wartabone (saat itu berumur 35 tahun) memimpin perjuangan rakyat Gorontalo dengan menangkapi para pejabat Belanda yang masih ada di Gorontalo.

Bergerak dari kampung-kampung di pinggiran kota Gorontalo seperti Suwawa, Kabila dan Tamalate, mereka bergerak mengepung kota Gorontalo. Hingga akhirnya Komandan Detasemen Veld Politie WC Romer dan beberapa kepala jawatan yang ada di Gorontalo menyerah takluk pada pukul 5 subuh.

Dengan sebuah keyakinan yang tinggi, pada pukul 10 pagi Nani Wartabone memimpin langsung upacara pengibaran bendera Merah Putih di halaman Kantor Pos Gorontalo. Dan dihadapan massa yang berkumpul, ia berkata :

“Pada hari ini, tanggal 23 Januari 1942, kita bangsa Indonesia yang berada di sini sudah merdeka bebas, lepas dan penjajahan bangsa mana pun juga. Bendera kita yaitu Merah Putih, lagu kebangsaan kita adalah Indonesia Raya. Pemerintahan Belanda sudah diambil oleh Pemerintah Nasional. Agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban.”

Selanjutnya Nani Wartabone mengumpulkan rakyat dalam sebuah rapat akbar (layaknya peristiwa lapangan Ikada) di Tanah Lapang Besar Gorontalo untuk menegaskan kembali kemerdekaan yang sudah diproklamasikan.

Namun sayangnya ketika Jepang mendarat di Gorontalo, 26 Februari 1942, Jepang melarang pengibaran bendera Merah Putih dan memaksa rakyat Gorontalo untuk takluk tanpas syarat kepada Jepang.

Kisah Nani Wartabone terlalu panjang untuk diungkapan, walau ia di masa Jepang mengalami patah semangat ketika Jepang tak mau diajak berkompromi hingga akhirnya ia kembali ke kampung halamannya di Suwawa dan hidup sebagai petani.

Saat kekalahan Jepang oleh Sekutu, Jepang bersikap lain. Sang Saka Merah Putih diijinkan berkibar di Gorontalo dan Jepang menyerahkan pemerintahan Gorontalo kepada Nani Wartabone pada tanggal 16 Agustus 1945. Sementara rakyat Gorontalo baru mengetahui telah terjadi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 28 Agustus 1945.

Nani Wartabone memimpin Gorontalo untuk masa-masa kelam berikutnya, menghadapi pasukan Belanda yang membonceng Sekutu. Dalam sebuah perundingan di sebuah kapal perang sekutu pada tanggal 30 November 1945, Belanda menangkap dan menawannya. Ia dibawa ke Manado dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara atas tuduhan makar pada tanggal 23 Januari 1942 yaitu Proklamasi yang dibacakannya.

Namun di waktu yang berjalan, kekalahan sekutu mengubah nasibnya kelak. Ia kembali ke Gorontalo pada tanggal 2 Februari 1950. Nani Wartabone pada tanggal 6 April 1950 menolak RIS dan memilih bergabung dengan NKRI. Untuk beberapa waktu ia dipercaya sebagai kepala pemerintahan di Gorontalo, hingga Penjabat Kepala Daerah Sulawesi Utara, dan anggota DPRD Sulawesi Utara. Selanjutnya ia memilih untuk kembali tinggal dan bertani di desanya di Suwawa.

Tapi itu juga tak berlangsung lama. Letkol Ventje Sumual dan kawan-kawannya memproklamasikan pemerintahan PRRI/PERMESTA di Manado pada bulan Maret 1957. Ia terpanggil kembali untuk melawan. Namun perlawanan tak seimbang, karena pasukan Nani Wartabone kekurangan persenjataan, hingga mereka memilih untuk bergerilya di dalam hutan, sekedar menghindar dari sergapan tentara PRRI/PERMESTA.

Pada bulan Ramadhan 1958 datanglah bantuan pasukan tentara dari Batalyon 512 Brawijaya yang dipimpin oleh Kapten Acub Zaenal dan pasukan dari Detasemen 1 Batalyon 715 Hasanuddin yang dipimpin oleh Kapten Piola Isa. Bersama pasukan-pasukan dari pusat inilah mereka berhasil merebut kembali pemerintahan di Gorontalo dari tangan PRRI/PERMESTA pada pertengahan Juni 1958.

Proklamasi Cirebon 16 Agustus 1945

Kekalahan Jepang tinggal menghitung hari saja, setelah dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Namun karena Jakarta tidak termasuk jalur perang Jepang dengan Sekutu, maka yang terlihat kekuatan bala tentara Jepang masih utuh.

Suasana Jakarta tetap mencekam bagi para kelompok pergerakan. Ada 4 kelompok illegal menurut Maroeto Nitimihardjo yang tampak saat itu, yaitu kelompok Soekarni, Kelompok Sjahrir, Kelompok Mahasiswa dan Kelompk Kaigun.

Kelompok-kelompok itu mendengar Sjahrir meminta Soekarno dan Hatta untuk mempercepat pernyataan Proklamasi sekembalinya Soekarno dan Hatta dari perundingan di Dalat, Saigon dengan Marsekal Terauchi, wakil kaisar Jepang. Namun Soekarno masih menunggu kepastian dari Laksmana Maeda tentang hal kekalahan Jepang tersebut

Hal ini membuat kelompok-kelompok illegal itu marah dikarenakan mereka melihat keraguan Sjahrir selama ini untuk menjalankan kesepakatan bahwa Sjahrirlah yang harus siap memimpin kemerdekaan dikarenakan ia bersih dari pengaruh Jepang. Hingga membuat kelompok-kelompok illegal ini, tidak termasuk Sjahrir bergerak cepat.

Terjadi beberapa pertemuan antara lain di Jalan Cikini Raya 71, di Lembaga Ecykman dan di Laboratorium Mikrobiologi (di samping pasar Cikini). Wikana dan dr. Darwis ditugaskan untuk mendesak langsung Soekarno-Hatta (tanpa perantara Sjahrir) untuk memproklamirkan kemerdekaan yang berujung dengan “penculikan” atau membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Gerak cepat yang tak ragu-ragu ini akhirnya melahirkan sebuah peristiwa di pagi hari di tanggal 17 Agutus 1945 sebagai hari kemerdekaan.

Di waktu yang berjalan cepat dalam ketidak pastian peristiwa, seorang bernama dr.Soedarsono (ayah dari Juwono Soedarsono) datang bertemu Maroeto Nitimihardjo (seperti pengakuannnya di buku berjudul “Ayahku Maroeto Nitimihardjo Mengungkap Rahasia Gerakan Kemerdekaan” karangan Hadidjojo, anak Maroeto) di sebuah ‘pengungsian’ bagi istri dan anaknya yaitu di desa Perapatan, sebelah barat Palimanan, 30 km jauhnya dari Cirebon tempat dr.Soedarsono berasal. Dr.Soedarsono meminta teks Proklamasi yang dibuat Sjahrir yang katanya dititipkan pada Maroeto. Namun Maroeto menyatakan tidak ada.

Hingga dr.Soedarsono menjadi berang dan berkata, “Saya sudah bersepeda 60 kilometer hanya untuk mendengar, Sjahrir tidak berbuat apa-apa. Katakan kepada Sjahrir, saya akan membuat proklamasi di Cirebon.”

Dan akhirnya terkabarlah bahwa Proklamasi itu dibuat dan dibacakan oleh dr.Soedarsono pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945 di alun-alun Cirebon yang dihadiri sekitar 150 orang. Sehari sebelum Soekarno membacakan Proklamasi di penggangsaan Timur 56 Jakarta.

Namun kisah yang dipaparkan Maroeto berbeda dengan kisah yang diungkap oleh Des Alwi, anak angkat Sjahrir. Menurutnya, teks proklamasi yang dibacakan Soedarsono adalah hasil karya Sjahrir dan aktivis gerakan bawah tanah lainnya yang melibatkan Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur, dan Abu Bakar Lubis. Penyusunan teks dilakukan di Asrama Prapatan Nomor 10, Jakarta, pada 13 Agustus 1945.

Ada sebaris teks proklamasi yang diingat oleh Des Alwi yaitu : “Kami bangsa Indonesia dengan ini memproklamirkan kemerdekaan Indonesia karena kami tak mau dijajah dengan siapa pun juga.

Keindahan Pantai Tanjung Papuma di Kabupaten Jember


Pantai Papuma - betapa indah pemandangan di Pantai Papuma yang merupakan singkatan dari pasir putih malikan. Pasir di pantai yang melingkar panjang sekitar 35 hektar dengan garis pantai sepanjang 25 kilometer itu memang halus dan putih. Jarak dari Kota Jember ke Pantai Papuma sekitar 38 kilometer, tapi hampir setiap hari tak kurang dari 100 pengunjung dari berbagai kota di Indonesia datang menikmati keindahan pantai itu. Salah satu keunikan Papuma, batu-batu malikan yang bisa mengeluarkan bunyi-bunyian khas seperti musik ketika terkena ombak.
Karang pipih
Batu malikan merupakan karang pipih seperti kerang besar yang jumlahnya tujuh, di antaranya masing-masing bernama Pulau Batara Guru, Pulau Kresna, Pulau Narodo, Pulau Nusa Barong, Pulau Kajang, dan Pulau Kodok. Bentuk karang yang dahulu kala sebagai pulau tersebut sangat khas, seperti Pulau Kodok mirip kodok raksasa, Pulau Narodo mirip topi dewa narada. Dua batu karang sebagai ikon Papuma adalah batu kajang dan batu narada.

Kekaguman akan keindahan Tanjung Pasir Putih Malikan atau Tanjung Papuma, menurut Hartomo, Sekretaris Kecamatan Jombang, Jember, karena pengunjung tak hanya menikmati birunya laut. Di sepanjang pantai juga terdapat pedagang sekaligus pemilik warung yang menyediakan masakan khas pantai, seperti ikan bakar.

Hal itu juga dibenarkan Arjuna, staf Hubungan Masyarakat Perum Perhutani Jember. Para pengunjung sungguh dimanjakan dengan keindahan dan eksotika Tanjung Papuma.

Apalagi Tanjung Papuma juga jadi tempat pendaratan ikan oleh nelayan sehingga wisatawan bisa melihat langsung ikan segar saat diturunkan dari perahu nelayan, sekaligus membeli hasil tangkapan nelayan untuk dibakar di pinggir pantai. Hanya saja, pengunjung perlu waspada saat makan karena masih ada monyet berkeliaran yang selalu siap memangsa makanan yang hendak disantap.

Sungguh menakjubkan dan menyenangkan bila ingin berwisata dengan keluarga di lokasi ini karena kawasannya masih sangat alami meski tidak terlalu luas. Yang pasti pengunjung wisata alam di Pantai Papuma bisa menikmati keindahan alam termasuk saat terbit dan tenggelamnya matahari.
Menikmati keindahan alam itu bisa dilakukan dari Sitinggil yang berada di kawasan Pantai Papuma pada pagi hari saat matahari terbit, dan sore hari melihat proses matahari terbenam. Sepanjang mata memandang ke laut lepas dari pasir putih, akan tampak begitu banyak batu karang yang menyerupai gunung atau bukit. Itu benar-benar indah sekaligus menakjubkan.

Nuansa hutan
Panorama alam Papuma sesungguhnya adalah perpaduan antara keindahan alam yang bernuansa hutan, laut, gugusan pulau yang menggunakan nama pewayangan. Saat air surut, pengunjung bisa mendekat gunung narada dan memegang langsung, bahkan banyak yang memanfaatkan untuk memancing di sekitar batu karang. Sebaliknya, saat air pasang dan ombak menjulang tinggi, maka akan tersuguhkan keindahan deburan ombak menghantam karang-karang tersebut.

Pengelola Pantai Papuma juga telah menyediakan beberapa lokasi berkemah yang menawarkan suasana yang sensasional di waktu malam sambil berkreativitas di alam bebas. Di kawasan hutan itu tersedia areal untuk berkemah dan menggelar kegiatan latihan di luar ruang.

Perhutani yang mengelola kawasan itu menyediakan peralatan yang bisa disewa dengan tarif terjangkau, antara lain tenda kemah pramuka biasa dan tenda eksekutif. ”Kami juga menyediakan peralatan untuk penerangan perkemahan,” ungkap Darwi, pengelola Tanjung Papuma.

Malah sejak setahun ini di Tanjung Papuma telah ada wihara Papuma yang dibangun oleh pengusaha asal Surabaya. Wihara ini makin ramai dikunjungi, terutama menjelang sore hari. Pengelola juga menyediakan 21 unit tempat penginapan antara lain berupa cottages panggung sebanyak 7 unit, pondok jati 3 unit, pondok rimba 4 unit, pondok mahoni 4 unit, pondok kajang, dan pondok sengon, serta pondok jabon masing-masing satu unit. Tarif penginapan berkisar Rp 125.000–Rp 400.000 per malam.

Tarif masuk ke lokasi Pantai Papuma pada hari biasa yakni Rp 5.000, lalu Rp 7.000 ketika hari libur termasuk akhir pekan. Kendaraan roda dua dikenai tarif parkir Rp 1.000, roda empat Rp 2.000 dan roda enam Rp 6.000 per unit.

Keindahan lokasi wisata itu mulai bisa dirasakan keindahannya sejak perjalanan dari Watu Ulo dan Tanjung Papuma. Kedua lokasi wisata tersebut sebenarnya berada pada satu hamparan gugusan pantai panjang yang dipisahkan tebing terjal. Namun kedua lokasi wisata ini dikelola oleh manajemen berbeda.

Batu ular
Awalnya agar pengunjung bisa sampai di Tanjung Papuma harus melalui kawasan wisata lain karena pintunya masih satu, yakni Watu Ulo. Watu Ulo berasal dai bahasa Jawa yang artinya batu ular. Watu Ulo memiliki mitos, dan bila dihubungkan dengan cerita rakyat, batu yang menjorok ke laut dan menyerupai ular.

Pada hari biasa atau kerja, tidak banyak pengunjung yang datang untuk rekreasi di pantai itu, kecuali pada hari libur dan hari besar. Sebagian besar wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri kini datang ke Watu Ulo hanya sekadar singgah, atau sekadar lewat sebelum melanjutkan perjalanan ke Pantai Papuma.

Walau demikian, Watu Ulo memiliki acara tradisi tahunan yang dilaksanakan setiap tanggal 1 hingga 10 Syawal. Saat itu adalah puncak dari seluruh kegiatan yang digelar masyarakat di Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu, bekerja sama dengan Dinas Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Jember. Masuk ke kawasan Watu Ulo dikenakan tarif Rp 5.000 per orang, belum termasuk retribusi kendaraan. Jika melanjutkan perjalanan ke Tanjung Papuma, satu kendaraan dengan jumlah pengunjung yang sama dalam satu hari itu dikenai biaya Rp 18.000.

Ubud Tempat Wisata Budaya Lokal Bali

Ubud - yang terletak di kabupaten Gianyar, menawarkan wisata seni dan budaya untuk pengunjungnya.
 
Semenjak wisata di Bali mendunia, kawasan Ubud pun berkembangan menjadi sentra untuk hasil kerajinan seni di Bali mulai dari ukiran kayu, kerajinan emas dan perak, lukisan dan seni lainnya. Kehidupan budaya lokal Bali pun masih dijaga kuat di sini.

ubud3 Sejenak Melarikan Diri ke Ubud
Dengan lingkungan yang masih alami, daerah ini merupakan daerah sumber inspirasi bagi para seniman, termasuk seniman luar negeri, terutama seniman Eropa. Berada di antara sawah, hutan, dan jurang-jurang gunung yang membuat alamnya sangat indah. Selain itu Ubud dikenal sebagai tempat dimana seni dan budaya Bali terjaga dengan baik. Denyut nadi kehidupan masyarakat Ubud tidak bisa dilepaskan dari kesenian. Di sini terdapat galeri-galeri seni hingga arena pertunjukan musik dan tari digelar setiap malamnya secara bergantian di berbagai penjuru desa.


Ubud adalah tempat yang sempurna jika Anda tertarik untuk belajar berbagai seni Bali seperti melukis, mengukir, atau menari. Ya, karena di sini banyak terdapat sanggar seni. Bahkan bila tidak pun maka di Ubud sudah cukup memuaskan Anda untuk sekedar menikmati suasana Bali tradisional lalu membawa pulang oleh-oleh seni kreasi tangan yang berkualitas tinggi.
File:MonumentOfTheUbudWaterPalace.jpg
Ubud adalah tempat yang tepat untuk Anda mencari kedamaian dan ketenangan. Ubud menawarkan tempat peristirahatan dari rutinitas kota yang menjemukan. Di Ubud Anda dapat memanjakan tubuh dan pikiran, karena di sini terdapat restoran dan spa berkualitas yang akan membuat Anda rileks dan puas. Berjalan-jalanlah melewati sawah yang menghijau, melihat karya seni dan budaya yang eksotis, bercengkrama dengan penduduknya yang ramah, dan melihat prosesi adat dimana wanita Bali berjalan menuju pura dengan anggun sambil menyeimbangkan tumpukan sesajen buah-buahan di kepalanya. Itu hanyalah sepenggal kesan mendalam yang dapat ditangkap saat mengunjungi tempat yang indah ini.
Cara terbaik untuk menyelami tradisi dan budaya Bali adalah melebur dengan penduduk setempat dan melihat keseharian mereka. Di Ubud, Anda dapat mengunjungi pura dan desa yang relatif tidak banyak berubah selama bertahun-tahun. Sebuah kenangan akan suasana dari masa Hindu di Jawa dahulu yang sulit akan Anda temukan lagi sekarang ini.
Kawasan Ubud yang mempesona semakin lengkap dengan sejarah, seni, dan budayanya yang kaya. Temukan juga jejak kerajaan Bali, kesenian, dan kerajinan tangannya yang indah dan unik. Di Ubud banyak terdapat galeri-galeri seni, lukisan, dan pahatannya yang luar biasa menunggu apresiasi dan decak kagum Anda. Belilah salah satunya karena itu mungkin akan sangat sempurna untuk mempercantik ruang tamu atau ruang keluarga di rumah Anda.
Ubud dikenal sebagai daerah yang tenang dengan pemandangan yang asri. Menawarkan kepada Anda suasana alami untuk menenangkan diri. Pemandangan sawahnya menawan, suasananya sejuk, dan penduduknya ramah, sebuah lingkungan yang akan membuat jalan-jalan pagi dan sore Anda menyenangkan.
Telah banyak orang datang ke Ubud mulanya hanya untuk satu atau dua hari tetapi kemudian mereka tinggal lebih lama, larut dalam budaya dan keindahannya yang mengagumkan. Ubud adalah tempat dimana Elizabeth Gilbert menemukan kedamaian dan cintanya seperti ditulis dalam buku best seller miliknya itu, “Eat, Pray, Love”. Buku tersebut akhirnya difilmkan, dibintangi aktris ternama Julia Robert dan aktris senior Indonesia Christin Hakim.


Ubud, dinobatkan sebagai Kota Terbaik se-Asia. Kawasan wisata yang berada di Kabupaten Gianyar ini berdasarkan survei pembaca majalah pariwisata yang berbasis di Amerika Serikat, Conde Nast Traveller, awal Januari lalu sepakat memberikan penghargaan tersebut.

Majalah ini setiap tahunnya melakukan pemilihan berdasarkan masukan pembacanya yang memilih kota-kota favorit mereka dalam sebuah voting dengan 6 kriteria, yaitu suasana, budaya/tempat-tempat spesifik – situs-situsnya, keramahtamahan penduduk, akomodasi, restoran dan belanja. Hasil yang diperoleh dari survei ini tentu saja mengejutkan bagi kita dan masyarakat Ubud, khususnya, mengingat Ubud belum pernah masuk ke dalam daftar peringkat kota terbaik se-Asia versi majalah Conde Nast Traveler

Namun, tahun 2009, Ubud langsung menduduki posisi teratas, mengalahkan kota-kota lain dengan skor tertinggi di kriteria keramahtamahan. Adapun skor yang diperoleh adalah 82.5 dari nilai total skor 100. Seperti yang disampaikan oleh Ubud Hotels Association, pada hari Rabu kemarin, 3 Februari 2010.

Monday, 20 August 2012

Pantai Sendang Biru

Pantai Sendang Biru - adalah sebuah pantai yang terletak Desa Sumber Agung, Kecamatan Sumbermanjing, Malang, Jawa Timur. Jarak yang ditempuh dari kota malang hingga mencapai pantai ini kurang lebih 2 jam perjalanan, jalanan mendekati pantai naik turun dan berkelok-kelok sehingga pengunjung harus berhati-hati. Pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor, juga kendaraan umum.


Oleh kebanyakan orang, Pantai Sendang Biru dikenal sebagai pintu masuk menuju Pulau Sempu. Namun, ternyata pantai ini memiliki pemandangan yang tidak kalah cantiknya dengan pantai-pantai di Jawa Timur.
Pantai Sendang Biru (ronikhoi.blogspot.com)
Nama Sendang Biru berasal dari bahasa Jawa, yaitu yang berarti sumber air yang berwarna biru. Ya, pantai ini memang dianugerahi air laut yang biru dan sangat jernih.
Pantai Sendang Biru berada di Desa Sumber Agung, Kecamatan Sumbermanjing, Malang, Jawa Timur. Pantai ini persis terletak di seberang Pulau Sempu. Oleh karena itu, pantai ini digunakan sebagai pintu masuk menuju Pulau Sempu yang terkenal dengan kecantikannya.
Selain digunakan sebagai 'jembatan' ke Pulau Sempu, Pantai Sendang Biru juga menjadi tempat pusat pelelangan ikan di Kota Malang. Walau begitu, objek wisata ini jauh dari kata kotor.
Pulau Sempu, dari Pantai anda hanya bisa menggunakan perahu untuk mencapai Pulau Sempu tersebut. Di sana terdapat lebih dari 223 jenis tumbuhan, 144 lebih jenis burung spesies baru, hewan mamalia dan hewan langka lainnya. Nama Pulau Sempu sendiri sebenarnya berasal dari nama sejenis tanaman obat yang saat ini amat langka, yakni pohon sempu. 
Anehnya meskipun bernama demikian, tak satupun ada pohon sempu yang masih berdiri di areal hutan pantai pulai ini. Malah kebanyakan pohon jenis lain yang tumbuh subur disana, semisal Bendo dan pohon-pohon raksasa lainnya. Kawasan yang berstatus cagar alam tersebut memiliki hutan yang masih terjaga dengan baik.
Anda bisa menyewa kapal tersebut untuk berkeliling di sekitar pantai. Biaya yang dipatok tidak terlalu mahal, hanya Rp 100.000 untuk kapal motor dan Rp 50.000 untuk kapal yang didayung.
Di tengah laut, Anda bisa melihat ke bawah. Di sana pemandangan bawah laut jelas terlihat. Ikan-ikan kecil yang berenang di sela-sela karang membuat pengalaman Anda mengunjungi Pantai Sendang Biru tidak akan terlupakan.
Di pantai ini masih ada adat yang selalu dijalankan oleh masyarakat setempat. Mereka akan menyeberangi laut menuju Pulau Sempu untuk mengambil air tawar yang dinilai keramat. Jika Anda ingin menyaksikan tradisi tersebut, datanglah ke Pantai Sendang Biru pada tanggal 7 dan 8 bulan Syawal.

Friday, 17 August 2012

Pedasnya Bubur Manado

Bubur Manado - jangan mengaku pernah ke Manado jika belum mencicipi bubur Manado. Makanan dari Sulawasi Utara ini memang terkenal dengan citarasa yang ekstra pedas. Saking pedasnya, bagi mereka yang tidak terbiasa pas
ti akan mengap-mengap karena kepedasan. 



Bubur Manado yang dikenal bernama bubur Tinotuan ini konon enak disantap pada pagi hari. Kekhasan bubur ini adalah pada rahasia dapurnya. Pedasnya itu memang amat kental. Rupa-rupanya orang Manado royal dengan bumbu masak. Makanya tak heran bumbu mereka 2 sampai 3 kali lebih banyak daripada masakan di daerah lain. Selain itu karakteristik bumbu yang digunakan satu dengan yang lain memiliki karakter yang hampir sama: panas dan pedas.

Rasa bubur Manado berbeda dengan daerah lain karena dikombinasikan dengan sayuran seperti daun labu, daun kangkung, dan kemangi. Wujud bubur ini kental dengan sayuran yang lunak. Semakin enak disantap selagi panas dengan ikan jambal roti yang telah digoreng. 





Di Manado, Anda tak akan kesulitan mencari bubur Manado. Dengan berjalan kaki Anda sudah pasti akan menjumpai bubur ini. Apalagi jika berada di kawasan Boulevard Manado. Selain itu di Jl. Wakeke dan kompleks jalan Sarapung, Anda juga dapat menemui banyak warung dengan menu yang sama namun dengan cita rasa yang sedikit beda. Bahkan di Jl. Wakeke hampir semua bagian depan rumah penduduknya disulap menjadi warung bubur Manado.

Air Terjun Tamasapi Kota Mamuju

Air Terjun Tamasapi - memiliki ketinggian terjunan air sekitar 75 m dan berasal dari Sungai Tamasapi. Terletak di Dusun Tamasapi, Desa Mamunyu, Kecamatan Mamuju, Kota Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. 

Suasana alam yang masih asri, Air terjun tamasapi menawarkan pesona yang mengagumkan, kesejukan airnya yang menggoda untuk segera menikmatinya. 

Untuk menuju lokasi air terjun tamasapi, dari pusat kota Mamuju wisatawan/pengunjung dapat menggunakan mobil atau motor sampai keperkampungan, dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang menanjak dan menurun sekitar 1 Km dengan waktu tempuh 30 Menit Keindahan alam dan panorama yang ditawarkan air terjun Tamasapi ini akan sulit di lupakan bagi Wisatawan yang sudah mengunjunginya,disekitar air terjun juga terdapat bebatuan besar yang memungkinkan anda mendekati air tejun dan melepas lelah dengan berendam atau mandi diair terjun Tamasapi.. 

Airnya cukup deras disertai angin kencang yang membuat anda benar benar terpesona. Pada saat musim Durian anda berkunjung. Anda dapat melihat buah Durian dikanan kiri sepanjang jalan, anda pun dapat menikmati Durian yang haruh dan manis melalui para Petani yang sering menawarkan dengan harga yang murah, jangan lupa kalau anda berkunjung ke Mamuju untuk mengunjungi si tamasapi yang unik.  



Menikmati Indahnya Pantai Pok Tunggal

Pantai Pok Tunggal - merupakan pantai di Gunungkidul, Yogyakarta dengan hamparan pasir putih yang lumayan landai, tidak curam. 

Garis pantai yang landai dan pasir putih yg bersih memanjang di pantai ini sangat memanjakan mata. Belum lagi dinding bukit yg tampak menyerupai bukit yang terpotong, yang berada di belakang pantai ini.

Pantai Pok Tunggal ini memang masih cukup sepi dan bersih. Masih belum banyak yang mengetahuinya.


Pantai Pok Tunggal ini memang baru mulai dikembangkan menjadi obyek wisata oleh warga sekitar beberapa bulan yang lalu. Terlihat dari mulai dibangunnya sarana dan prasarana seperti kamar mandi, warung makan, penitipan kendaraan, dan lain-lain, di pantai ini. 
Letak tepatnya berada sekitar 2 km di sebelah timur Pantai Indrayanti. Pantai Pok Tunggal ini merupakan pantai paling timur di gugusan pantai Gunungkidul bagian tengah.

Untuk mencapai ke Pantai ini sebenarnya tidak sulit. Jika sudah terbiasa ke Pantai Indrayanti, kita bisa mengambil jalan terus ke timur. Selang sekitar 10 menit, kita akan menjumpai Tempat Pemungutan Retribusi (TPR) bagian timur.

Sekitar 2 km dari TPR ke arah timur maka kita akan menemukan pertigaan ke kanan dengan papan petunjuk kecil menuju Pantai Pok Tunggal.


Kalau kita datang dari arah timur seperti Wediombo, dan Siung, juga bisa. Dari timur, kita harus jalan lurus saat menjumpai pertigaan yang kalau ke kanan menuju Wonosari dan lurus menuju ke Pantai Indrayanti.

Setelah 4 km kita akan menjumpai pertigaan dengan papan petunjuk ke Pantai di sebelah kiri jalan. Belok kiri dan terus saja menyusuri jalan berbatu tersebut, maka kita akan sampai di Pantai Pok Tunggal.

Ketika sampai di pantai ini maka aroma laut langsung terasa karena di beberapa bagian banyak digunakan untuk menjemur rumput laut. Keadaan pantainya masih cukup sunyi. Lebar pantai sekitar 1 km–1,5km dan cukup landai, cukup aman jika digunakan untuk berenang.

Songkok Recca’ Kabupaten Bone

Songkok Recca’ - terbuat dari serat pelepah daun lontar dengan cara dipukul-pukul (dalam bahasa Bugis : direcca-recca) pelepah daun lontar tersebut hingga yang tersisa hanya seratnya. Serat ini biasanya berwarna putih, akan t
etapi setelah dua atau tiga jam kemudian warnanya berubah menjadi kecoklat-coklatan. Untuk mengubah menjadi hitam maka serat tersebut direndam dalam lumpur selama beberapa hari.
 

Jadi serat yang berwarna hitam itu bukanlah karena sengaja diberi pewarna sehingga menjadi hitam. Serat tersebut ada yang halus ada yang kasar, sehingga untuk membuat songkok recca’ yang halus maka serat haluslah yang diambil dan sebaliknya serat yang kasar menghasilkan hasil yang agak kasar pula tergantung pesanan. Untuk menganyam serat menjadi songkok menggunakan acuan yang disebut Assareng yang terbuat dari kayu nangka kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai songkok. Acuan atau assareng itulah yang digunakan untuk merangkai serat hingga menjadi songkok. Ukuran Assareng tergantung dari besar kecilnya songkok yang akan dibuat.

Sejak kapan munculnya Songkok Recca’ (Songkok To Bone)?

Songkok recca’ (songkok to Bone) menurut sejarah, muncul dimasa terjadinya perang antara Bone dengan Tator tahun 1683. Pasukan Bone pada waktu itu menggunakan songkok recca’ sebagai tanda untuk membedakan dengan pasukan Tator.

Pada zaman pemerintahan Andi Mappanyukki (raja Bone ke-31), songkok recca dibuat dengan pinggiran emas (pamiring pulaweng) yang menunjukkan strata sipemakainya. Akan tetapi lambat laun hingga sekarang ini siapapun berhak memakainya. Bahkan beberapa kabupaten di Sulawesi memproduksinya sehingga dapat dikatakan, bahwa songkok recca yang biasa juga disebut sebagai Songkok To Bone yang merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa orang Bone tersebut mendapat apresiasi baik dari masyarakat Sulawesi maupun Indonesia pada umumnya.

Di Kabupaten Bone Songkok Recca/Songkok To Bone diproduksi di Desa Paccing Kecamatan Awangpone. Di daerah tersebut terdapat terdapat komunitas masyarakat secara turun temurun menafkahi keluarganya dari hasil prosese mengayam pelepah daun lontar ini yang disibut Songkok Recca atau Songkok To Bone.

Wednesday, 15 August 2012

Pantai Lhoknga Pemandangan Pantai dan Pegunungan Banda Aceh

Pantai Lhoknga - panorama pantai dikombinasikan dengan pemandangan indah pegunungan Karst (kapur) dapat menambah kenyamanan bagi mereka yang berada di kawasan ini.  Tempat yang nyaman untuk berselancar. Ombak dipantai ini tidak terlalu tinggi rata-rata berkisar satu meter di tepian pantai. Jika ingin lebih ke tengah ombak bisa mencapai dua hingga tiga meter.

Pantai Lhoknga yang berada di Aceh Besar, jaraknya hanya 20 km dari Kota Banda Aceh tepatnya dikawasan PT. Semen Andalas Indonesia. Sebelum stunami menghantam Aceh tahun 2004 lalu, kawasan pantai ini cukup memberikan nuansa wisata pantai yang alami. Banyak pohon-pohon rindang terutama pohon kelapa yang tumbuh berjejer dan rimbun memberikan kesejukan, juga pohon cemara atau aron.

Deretan penjaja makanan dan minuman dibawah pohon serta gunung yang hijau bersebelahan dengan laut, cukup melengkapi sebagai obyek wisata pantai yang alami. Banyak wisatawan baik lokal maupun manca negara setiap harinya mengunjungi pantai ini atau hanya  sekedar singgah untuk istirahat sebentar untuk melanjutkan perjalanan. Pantai Lhoknga yang dihiasi oleh pohon cemara yang sedang tumbuh semakin tinggi menantang mentari setelah semua diratakan oleh tsunami. Sebelum tsunami, pantai Lhoknga sangat indah, dinaungi oleh pohon cemara sehingga banyak tempat sejuk untuk menjauhi panas sambil menikmati pantai.

Waduk Selorejo Kabupaten Malang


Waduk Selorejo - terletak di kecamatan Ngantang, kabupaten Malang. Waduk dalam bahasa Jawa berarti bendungan atau danau. Pembuatan waduk Selorejo pada awalnya bertujuan sebagai sistem pengairan masyarakat setempat sekaligus tandon air pada musim hujan. Namun dalam perkembangannya, waduk Selorejo menjadi obyek wisata yang indah dan menarik karena tambahan sejumlah fasilitas untuk memanjakan pengunjung. Salah satu tempat wisata di Malang ini kerap menjadi tujuan wisata anak sekolah dan keluarga selama masa liburan.




Waduk Selorejo terletak di ketinggian 600 mdpl, membuatnya senantiasa berudara sejuk. Panorama waduk Selorejo juga indah karena dikelilingi oleh gunung-gunung antara lain Gunung Kelud, Gunung Anjasmoro dan Gunung Kawi. Berdiri di tepian waduk menikmati pemandangan waduk dengan latar pegunungan yang diselimuti awan sungguh merupakan kenikmatan tersendiri bagi saya. Anda yang hobi mancing juga bisa menyalurkan hobi di sini. Bawalah umpan lumut untuk menarik hati ikan-ikan waduk selorejo. 




Salah satu daya tarik dari obyek wisata ini yaitu dengan sarana perahu, para wisatawan bisa menikmati keindahan pemandangan bendungan Selorejo. Perahu yang digunakan bisa menggunakan sarana perahu dayung atau perahu mesin, tergantung selera
Bendungan Selorejo sudah terkenal sebagai tempat pemancingan yang cukup ramai di kalangan pemancing lokal karena bendungan ini termasuk daerah yang masih cukup berhasil menjaga kondisi airnya sehingga terbebas dari limbah. Karenanya masih banyak ditemukan ikan dengan ukuran yang cukup besar di sini.
Lokasi pemancingan di waduk Selorejo – Ngantang ada banyak jalannya. Untuk pemancingan yang biasa, anda bisa mengambil daerah obek wisatanya. Di daerah obyek wisata Selorejo anda akan menemukan beberapa titik pemancingan yang menarik dan strategis, dengan kemudahan memperoleh makan jika lapar sudah mulai datang. Lokasi pemancingan ikan di sini cukup dekat dengan warung makanan yang berada di daerah obyek wisata. Anda bahkan bisa mencicipi menu makan berupa lalapan ikan mas, mujair, ikan wader dll.

Sisi barat danau Selorejo dipisahkan oleh dua tebing yang sangat curam. Untuk mencapai danau Selorejo, pengunjung harus melewati jembatan gantung setinggi kurang lebih seratus meter. Bagi yang takut ketinggian, kegiatan ini bisa menguji nyali mereka. Di dalam area tempat wisata di Malang Waduk Selorejo, wisatawan bisa menikmati pemandangan alam sambil menyewa perahu motor berkeliling danau, olahraga kano, berenang di kolam air sumber alam maupun sekedar jalan-jalan mengelilingi kebun jambu yang luas. Pusat kerajinan rakyat pun telah siap memanjakan Anda yang memiliki hobi berbelanja dan koleksi benda-benda unik khas Malang.

Menara Siger Kebanggaan Masyarakat Lampung

Menara Siger Jakarta memiliki Monas, bila antar Jakarta dan Sumatera maka Monas sebagai titik nol antara Jakarta dan Sumatera. Monas sebagai icon Jakarta, Palembang dengan Jembatan Ampera, Aceh sebagai titik nol Indonesia, dan kini Lampung memiliki Icon dengan Menara Siger dan sebagai titik nol jalan lintas Sumatera.
 
Menara Siger merupakan Prasasti Titik Kilomer nol jalan lintas Sumatera dan menjadi penanda bahwa ini adalah pintu gerbang pulau Sumatera, tentu ini akan menjadi catatan sejarah yang telah diresmikan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Lampung pada tanggal 29 Mei 2009. Menara Siger dengan bentuk architecture crawn yang indah berwana kuning dapat dilihat dari jauh ketika kapal akan berlabuh di pelabuhan Bakauheni baik pagi maupun malam hari dengan lampu sorot dan sekaligus dijadikan menara lampu oleh kapal – kapal yang akan merapat di pelabuhan. Di puncak menara, ada payung tiga warna (putih-kuning-merah) sebagai simbol tatanan sosial masyarakat Lampung Bila akan melintas jalan darat menuju Sumatera dari Jakarta dan sebaliknya, tentu tak seorang pun tidak melewati dan melihat Menara Siger yang kini menjadi icon Propinsi Lampung. Menara yang mengusung adat budaya Lampung dan sekaligus landmark dari kawasan Bakauheni didalamnya menara Siger terdapat bangunan utama dan terdapat Prasasti Kayu Are sebagai simbol pohon kehidupan bagi masarakat Lampung, ini membuat Menara Siger menjadi mahkota budaya kehidupan masyarakat.

Gagasan pembangunan menara Siger dilaksanakan oleh Gubernur Syachoedin ZP untuk masa bakti 2004 – 2009 dan merupakan suatu karya permanen tidak hanya berbentuk sebuah fisik bagunan tetapi tercermin mambangun budaya masyarakat dan identitas masyarakat Lampung sesuai dengan filosophi berpikir dan bertindak dengan visi dan misi untuk mewujudkan Lampung yang unggul dan bardaya saing, salah satu keunggulan digali dari aspek budaya daerah menuju masyarakat yang sejahtera yang direpresentasikan dalam bentuk bangunan berciri sangat specific Lampung dan sekaligus menjadi icon Lampung, ini merupakan suatu karya yang sangat luar biasa yang perlu mendapatkan dukungan dan sekaligus perlu dicatat dalam sebuah sejarah Lampung melainkan sejarah nasional.

Menara Siger sebagai karya besar dan sekaligus dapat menjadi representasi tonggak pembangunan menuju pembangunan dan karya yang besar bagi daerah propinsi Lampung, bila melihat menara Siger akan terbayang sebuah mahkota yang dibangun disebuah bukit dan orang sudah mennginterprestasikan bahwa bangunan tersebut mengrepresentasikan simbol budaya Lampung, dimana di atas puncak terdapat tiga buah payung berwarna putik – kuning dan merah sebagai simbol tatanan sosial masyarakat Lampung, dan di menara Siger terdapat ada tower yang dapat melihat panorama laut yang bermakna profan.

Peresmian menara Siger mengusik kembali suatu wacana kebudayaan bagi propinsi Lampung, sebuah obsesi yang besar sudah dimulai dan diwujudkan dengan diresmikan pada tanggal 30 Mei 2008 dan merupakan wujud riil oleh seorang pemimpin daerah yang ingin mengkulturasikan Lampung sehingga bumi Lampung menjadi sebuah wilayah yang hidup didalam lilitan indigenious culture.

Kini Lampung tampil dengan wajah dan wilayah yang khas hidup dalam karakter budaya lokal seperti layaknya masyarakat di Bali, Lombok, Minangkabau, Flores, Sulawisi; Bugis – Toraja dan tradisi kerjaan Mataram di Yogyakarta. Menara Siger tidak dilihat diri aspek fisiknya saja tetapi bangunan ini mengandung nilai budaya dan sejarah dalam bentuk sebuah artefak yang membentuk kosmologi dalam setiap ruang kehidupan, sehingga setiap orang yang melihat dan berada di menara ini akan mengetahui seperti apakah gerangan Lampung ini.

Apakah Menara Siger Akan Menciptaka Makna Setelah peresmian sejak tanggal 30 Mei 2008 yang kini diserahkan kepada pihak Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan untuk mengelola bersama sebuah Badan Otoritas yang akan bertanggung jawab memelihara dan menghidupkan Menara Siger dengan berbagai kegiatan gedung ini, dalam sambutan Bapak Gubernur kegiatan diantaranya mulai pentas seni sampai kegiatan yang bersifat edukative.

Menara Siger yang tadinya lahir dari sebuah visioner yang dilahirkan sebuah semangat revitalisasi budaya Lampung dengan peresmian ini tentu merupakan suatu yang baik dan harus mampu untuk mengisi pesan yang disampaikan oleh Gubernur ketika dalam acara pembukaan. Karena semangat menara Sigir merupakan identitas dan diciptakan harus kelak mampu memunculkan pencipta – pencipta yang lain yang mampu membuat identitas itu betul-betul mengalir hidup dalam mayarakat Lampung yang mampu menyelimuti bangunan monumental Siger ini yang direpresentasikan dengan berbagai isian baik kegiatan dalam bentuk seni dan budaya dan yang paling penting adalah dalam bentuk kosmologi stuktur kehidupan masyarakat.

Memang tidak mudah bagi sebuah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung dan Badan Otorita yang akan mengurus dan mengisi gedung ini, karena tidak saja dilihat dari aspek budaya sebagai suatu paket integral pariwisa melainkan diperlukan sebuah grand design yang sangat comprehensive untuk mengisi pesan dari menara Siger ini, dan jangan sampai kegiatan paket budaya menjadi subordinat pariwisata. Budaya jangan dimaknai sebatas seni atau pertujukan rekreative, prosesi adat dimaknai sebagai acara tontonan, event akbar dan kegiatan prosesi adat hendaknya jangan hanya dikemas dalam bentuk suatu kegiatan belaka, tetapi perlu di design suatu paradigma yang mampu menyiratkan budaya sebagai bagian integral kehidupan masyarakat.

Apa Isi Menara Siger. Bila hendak mengikuti sebuah tradisi tafsir, kebudayaan memiliki makna seperangkat system symbolic yang mengandung makna yang kaya, pengetahuan, nilai, azas dan segala referensi yang dapat dijadikan pegangan manusia yang berhubungan dan interaksi dengan sebuah lingkungan, bahwa budaya mampu memiliki adaptive, inovative, creative productive, maka makna symbolic senantiasa hadir dalam kontek tersebut, kerena kehidupan tidak serta merta hadir dalam suatu lingkungan dan kehidupan masyarakat. Makna symbolik dapat berbentuk artefak ukir, sulam, topeng dan benda-benda simbalik lainnya, budaya sendiri dapat berbentuk gerak, tuturan dan juga yang berbentuk tampak dalam sebuah ritual, kekuasaan dan sistem sosial. Oleh karena itu menara Siger harus mampu diisi dengan suatu perspektif entitas simbol, cerita dan kisah yang mempunyai maksud dan makna.

Sebagai salah satu contoh produk yang sangat perlu diisi diantaranya adalah suatu cetakan, karena dalam isian dari menara Siger berbentuk simbolik, maka makna yang hadir dalam kontak harus diketahui dan dikenal orang lain, dan tentu ini tidak mudah kalau bukan penyampaiannya melalui suatu informasi baik dalam berbentuk : tourist information center, web basis atau bentuk cetakan, karena bila tidak akan sangat sukar bagi orang luar mambayangkan. Sehingga informasi yang dikeluarkan akan menjadi suatu sharing makna dan menjadi milik bersama. Sehingga menara Siger mampu memancarkan dan menyebarluaskan makna simbolis budaya Lampung kepada baik bagi masyarakat Lampungnya sendiri dan kepada orang lain / pendatang atau wisatawan sehingga pancaran entitas budaya yang mampu menularkan makna-makna simbolis dan kemudian menara Siger memancarkan sinar makna cultural, sehingga menara Siger ini digandrungi untuk di kunjungi baik oleh excortionist maupun tourist dan melaku kan tours [ learn, study and search ] di menara Siger.

Monday, 13 August 2012

Roti Ganjel Rel Khas Semarang

Roti Ganjel Rel - yang berbentuk mirip bantalan rel kereta api, khas Semarang, Jawa Tengah, kian dilupakan masyarakat karena makin sulit ditemui di pasaran lantaran kalah tenar dibanding dengan produk roti masa kini.
ganjel rel

Warga di sekitar Semarang mungkin sudah tidak asing lagi dengan kue yang satu ini. Meski namanya terkesan 'menyeramkan' untuk disantap, namun kue ganjal rel khas Semarang bercitarasa legit dan beraroma kayu manis. Tentu, karena kudapan tersebut diolah dengan bahan-bahan makanan bukan berasal dari besi, beton, atau kayu sebagaimana ganjal rel kereta api.
Kue ganjel rel sebenarnya mirip dengan roti khas Prancis yang juga berbentuk panjang dan bertekstur keras. Namun, ternyata menurut para ahli roti jenis ini sangat baik bagi pencernaan, lantaran justru banyak mengandung serat. Karenanya, roti padat ini pas disantap saat sarapan.
Ganjel rel atau yang biasa disebut kue gambang selalu menjadi rebutan masyarakat Kota Semarang saat perayaan Dugderan. Momen pembagian kue ganjel rel ditengah tradisi menjelang Ramadan menjadi acara yang dinanti warga. Ribuan warga bahkan rela berdesakkan untuk memperoleh kue tersebut, karena dipercaya mampu memperkuat diri ketika menjalankan ibadah puasa. Berikut resep tradisonal kue ganjel rel.

Sunday, 12 August 2012

Museum Ronggowarsito Semarang

Museum Ronggowarsito - di Jawa Tengah termasuk museum provinsi terbesar di Indonesia dalam hal jumlah koleksi dan keluasan bangunan terletak di Jalan Abdulrahman Saleh Nomor 1 Semarang, Jawa Tengah. Museum Ronggowarsito mempunyai dua misi, yaitu “Meningkatkan apresiasi budaya dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap budaya”. Museum Jawa Tengah Ronggowarsito mempunyai visi “Bangga Peduli Budaya” yang berarti bangga mengurusi beragam warisan budaya dan perwujudan lain ekspresi budaya. 

"Saiki jamane jaman edan, yen ra edan ra keduman" merupakan salah satu kalimat yang sangat terkenal dan masih sering didengungkan hingga kini. Kalimat yang berarti "sekarang jaman gila, yang tidak ikut gila tidak akan mendapatkan bagian" merupakan penggalan dari Serat Kalatidha yang ditulis oleh Raden Ngabehi Ranggawarsita pada tahun 1860. Sebagai pujangga besar yang karya-karyanya menginspirasi banyak orang, nama Ranggawarsita diabadikan menjadi nama Museum Negeri di Jawa Tengah yang menyimpan koleksi benda-benda sejarah, arkeologi, geologi, numismatik, dan budaya Jawa.

Koleksi museum disusun berdasarkan periodisasi waktu, mulai dari proses terbentuknya planet dan alam semesta, hewan dan manusia purba, sejarah peradaban yang muncul di Indonesia dan Jawa Tengah pada khususnya, hingga kebudayaan masa kini. Salah satu koleksi yang sering mengundang decak kagum adalah koleksi emas yang terdiri dari aneka perhiasan hingga benda-benda sarana upacara keagamaan serta mata uang. Tak hanya itu, Museum Negeri Ranggawarsita juga memiliki koleksi wayang yang sangat beragam mulai dari wayang kulit, wayang beber, wayang krucil, wayang kayu, wayang potehi, hingga wayang kontemporer.

Museum Jawa Tengah Ronggowarsito Semarang memiliki total koleksi mencapai 59.784 unit yang terdiri dari berbagai kategori koleksi. Koleksi terbanyak adalah kategori numismatik-heraldika, yakni mata uang dan tanda pangkat. Jumlah koleksi numismatik-heraldika tersebut mencapai 44.961 unit, kategori etnografi sebanyak 6.803 unit, dan koleksi benda-benda arkeologi berjumlah 5.211 unit. Jumlah koleksi keramik, kata dia, sebanyak 1.199 unit, biologi sebanyak 617 unit, historika sebanyak 318 unit, seni rupa 397 unit, dan geologika 
berupa batuan alam sebanyak 200 unit. Koleksi yang jumlahnya masih sedikit kategori filologika, berupa naskah atau manuskrip yang hanya 36 unit dan teknologika, seperti mesin ketik kuno sebanyak 42 unit.

Museum Jawa Tengah Ronggowarsito, termasuk museum provinsi terbesar di Indonesia dalam hal jumlah koleksi dan keluasan bangunan. Museum ronggowarsito dirancang sesuai dengan standar museum di Asia tenggara. Luas bangunan kira-kira 8.438 m persegi. Yang mencakup pendopo, gedung pertemuan, gedung pameran tetap, perpustakaan, laboratorium, perkantoran.

Museum Ronggowarsito dibangun dengan dana dari proyek rehabilitasi dan perluasan permuseuman Jawa Tengah dan pembanguanan fisik yang dilakukan secara bertahap. Arsiterturnya adalah Ir. Totok Rusmanto.

Klappertaart Makanan Lezat Orang Manado


Klappertaart - dessert lezat khas Sulawesi Utara yang konon dulu diciptakan oleh para Noni Belanda yang menetap di sana, menjadikan rasa makanan ini berbeda. Keunikannya terletak pada perpaduan cita rasa Barat dan Asia.
Kini, Klappertaart begitu akrab di lidah masyarakat Indonesia, tidak hanya di Manado saja. Bahkan kini Klappertaart juga mudah ditemui diluar Manado. Seperti Jakarta, Bandung maupun Surabaya.
Dengan bahan dasar kelapa, tepung terigu, susu, mentega dan telur. Terdapat beberapa macam cara memasak klappertaart. Bila dipanggang dan menggunakan roti, maka akan menghasilkan klappertaart dalam bentuk yang padat, bisa dipotong layaknya kue taart pada umumnya. Tetapi ada juga cara memasak yang tidak panggang. Ini akan menghasilkan tekstur yang begitu lembut, seperti memakan custard yang langsung meleleh begitu masuk ke mulut. Kue ini paling nikmat bila disantap dalam keadaan dingin jadi tidak boleh dibiarkan terlalu lama di luar pendingin.
Klappertaart termasuk kue yang mengandung kalori yang cukup tinggi. Ada pengusaha klappertaart yang mencari campuran adonan yang lebih rendah jumlah kandungan kalorinya. Beberapa jenis klappertart menggunakan lemak rendah kalori, susu kalsium tinggi dan pemanis rendah kalori sebagai campuran adonannya menggantikan susu dan gula yang pada umumnya digunakan, sehingga menjadikan kue ini berkurang jumlah kalorinya. Klappertaart Rendah Kalori memang sengaja dibuat agar orang-orang yang sedang diet bisa menikmati kue lezat ini.

Pantai Sukamade Banyuwangi


Pantai Sukamade - merupakan salah satu bagian dari Taman Nasional Meru Betiri dan merupakan zona pemanfaatan intensif untuk pengamatan telur penyu dan pelepasan tukik. Di pantai ini pengunjung dapat menyaksikan secara langsung saat penyu bertelur.
Juga, wisatawan dapat turut aktif dalam usaha konservasi penyu dengan mengikuti kegiatan pelepasan tukik ke laut setelah ditetaskan pada penetasan semi alami.
Jarak Pantai Sukomade kira-kira 97 km ke arah barat daya dari kota Banyuwangi. Pantai Sukomade merupakan pantai yang tenang dan indah. Pada mulanya pantai ini ditemukan oleh Belanda pada tahun 1927. Karet, kopi, dan coklat ditanam di tanah perkebunan seluas 1200 hektar. Sukomade merupakan hutan lindung alam di Jawa Timur yang berhubungan dengan penangkaran penyu.
Perjalanan malam hari ke Pantai Sukomade menjadi tak terlupakan. Para pengunjung dimimbing oleh para pemandu penjaga hutan yang berpengalaman untuk melihat penyu yang mendarat ke pantai dan bertelur di pantai pasir. Penyu betina biasanya bertelur ratusan yang diletakkan di dalam pasir di pantai. Penyu betina biasanya mulai mendarat di pantai jam 07.30 malam dan kembali ke laut pada jam 12.00 malam hari. Bulan November hingga maret adalah musim penyu bertelur.
Penyu yang biasa mendarat dan bertelur di Pantai Sukamade ada 4 jenis dari 6 jenis penyu yang ada di Indonesia, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Slengkrah (Lepidochelys olivaceae), dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriaceae). Diantara penyu-penyu tersebut yang paling sering mendarat adalah penyu hijau.
Bagi mereka yang mencari suasana pantai yang masih asri dan alami, pantai Sukamadebisa menjadi salah satu alternatif untuk dikunjungi. Pantai yang terletak dikawasan taman nasional Meru Betiri ini termasuk dalam deretan pantai selatan sehingga tidak heran bila ombaknya bisa dimanfaatkan untuk berselancar.
Fasilitas yang terdapat di lokasi ini antara lain: Pondok Wisata, Camping Ground yang dilengkapi dengan pendopo untuk ruang pertemuan, Shelter, jalan trail wisata, information centre, laboratorium dan pondok kerja.
Obyek wisata lain yang ada di Pantai Sukamade adalah Hutan mangrove yang terletak di muara timur pantai Sukamade. Sungainya dapat dipakai untuk berkano sambil melakukan pengamatan burung. Burung-burung tersebut diantaranya burung Roko-Roko, Elang laut, Dara Laut dan masih banyak lagi burung burung yang dapat diamati. Pengamatan burung tersebut biasanya dilakukan sambil menunggu matahari terbenam.

Untuk menuju ke sana, anda dapat menggunakan kendaraan umum atau pribadi. namun perlu diingat medan yang berbukit-bukit dituntut untuk menyesuaikan jenis kendaraan anda. Dari Kota Banyuwangi menuju ke kota Pesanggaran (60 km) kemudian dilanjutkan ke Sarongan (20 km) dengan angkutan umum atau truk. Sarongan-Rajegwesi-Sukomade (17 km). Tersedia Cottage dan Camping Ground untuk menginap bagi para wisatawan.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons