Sunday, 29 April 2012

Blangkon Penutup Kepala Adat Keraton

Blangkon - merupakan sejenis pentup kepala yang terbuat dari batik, berasal dari Pulau Jawa khususnya dari Jawa Tengah dan Yogyakarta yang digunakan kaum pria. Blangkon selalu digunakan setiap orang Kraton Solo maupun Yogya. Menurut wujudnya, blangkon dibagi menjadi 4: blangkon Ngayogyakarta, blangkon Surakarta, blangkon Kedu, dan Blangkon Banyumasan. Perbedaan antara Blangkon Solo dengan Blangkon Yogyakarta adalah pada belakang blangkon jika di solo berbentuk pipih, sedangkan di Yogya terdapat tonjolan atau disebut Mondholan.

Blangkon Gaya Yogyakarta

Blangkon Gaya Solo
Perbedaan ini dikarenakanseni saja, karena Tonjolan itu menandakan model rambut pria masa dulu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon.
Blangkon sebenarnya bentuk praktis dari iket yang merupakan tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa. 

Sop Konro Kota Makassar

Sop Konro - ini dia makanan lezat yang banyak penggemarnya dari Kota Makassar. Sop yang berbahan dasar iga sapi ini merupakan makanan khas orang Bugis. Sop yang memiliki kuah coklat kental ini, menggunakan bumbu ketumbar sebagai resep utama. Warna coklat hitam ini ternyata berasal dari buah kluwek, semakin lezat ketika makanan ini dihidangkan ketika ditambah dengan ketupat pengganti nasi. Sop Konro bisa dinikmati dengan kuah atau dengan cara dibakar. Salah satu Sop Konro yang terkenal adalah Sop Konro Karebosi.

Resep Sop Konro Makassar

Bahan:
1 kg iga sapi, potong-potong
2 ltr air
2 cm kayu manis
3 butir cengkeh
3 cm lengkuas, dimemarkan
2 lembar daun salam
2000 ml air
3 sdm minyak goreng untuk menumis
½ sdm garam
5 butir bawang merah, iris tipis
2 sdm air asam jawa
Bumbu Halus :
5 butir bawang merah
3 siung bawang putih
1 sdt merica bulat
½ sdt pala
2-3 buah lkuwek, ambil dagingnya
50 gr kacang merah direbus matang
1¼ sdm garam
Cara membuat:
1. Rebus iga, kayumanis, cengkeh, daun salam, lengkuas, garam dan air asam jawa.
2. Tumis bumbu halus dan bawang merah iris hingga harum.
3. Tuang tumisan bumbu ke dalam rebusan iga dan masak sampai bumbu meresap dan iga matang.
4. Sajikan panas dengan sambal dan air jeruk nipis.

Coto Makassar

Coto Makassar - atau Coto Mangkasara makanan tradisional khas Makassar. Makanan yang terbuat dari jeroan sapi atau kuda yang terdiri dari: usus, hati, otak yang direbus lama. Makanan ini dimasak dengan bumbu khas Indonesia yang diantaranya: sereh, laos, ketumbar, jintan, bawang merah, bawang putih, garam yang sudah dihaluskan, daun salam, jeruk nipis, dan kacang. Semakin lezat makanan yang dihidangkan dengan mangkok ini dimakan bersama ketupat.


Resep coto Makassar :
Bahan :
  •     1 kg daging sapi bagian sengkel
  •     1/2 kg paru (digoreng, pisahkan, masukin toples)
  •     2 liter air cucian beras
  •     5 batang serai, memarkan
  •     5 lembar daun salam
  •     250 gram kacang tanah, goreng, haluskan
  •     3 sdm minyak goreng, untuk menumis
  •     5 cm jahe, memarkan
  •     1 ruas lengkuas, memarkan
Bumbu yang dihaluskan :
  • 10 siung bawang putih
  • 8 butir kemiri disangrai
  • 1sdm ketumbar disangrai
  • 1 sdt jintan disangrai
  • 1 sdm garam
  • 1 sdt merica butiran.
Pelengkap :
  • Bawang goreng
  • Irisan daun bawang
  • Irisan seledri
Sambal tauco :
  • Haluskan 10 buah bawang merah, 5 siung bawang putih, 10 buah cabai keriting yang direbus sebentar.
  • 100 gram tauco yang ditumis dengan 6 sdm minyak goreng hingga matang, tambah garam dan gula merah secukupnya. Campur sama bahan yang udah dihaluskan.
Cara membuat :
  1. Kalau pakai babat atau hati, rebus terpisah hingga lunak, angkat, tiriskan, potong dadu.
  2. Rebus daging sapi bersama air tajin, serai, lengkuas, jahe, dan daun salam. Setelah matang angkat, tiriskan, potong dadu.
  3. Panaskan minyak, tumis bumbu yang dihaluskan hingga harum, masukkan ke dalam kaldu, tambahkan kacang tanah goreng, didihkan.
  4. Penyajian: Siapkan mangkuk, isi dengan daging dan ati dan babat dan juga paru yang dari toples tadi. Taburi bawang goreng, irisan daun bawang dan seledri, sajikan dengan ketupat dan sambal taoco.
  5. Sajikan selagi hangat.

Pisang Epe Kota Makassar

Pisang Epe - jajanan asal kota Makassar yang terkenal karena kelezatannya. Selain es pisang hijau, pisang epe juga nikmat makanan yang berbahan dasar pisang kepok setengah mengkal ini. Pisang epe adalah pisang yang dibakar lalu di epe atau di pres dengan kayu yang berbentuk balok sampai pipih. Setelah itu pisang lalu diberi semacam kuah yang terbuat dari gula aren, kuah durian atau dengan yang lainnya. Anda bisa menemukan makanan ini di sepangjang pantai losari atau di jalan Lamadukelleng, dengan harga yang relatif murah sekitar Rp 5000 sampai Rp 7000.

Resep Pisang Epe Kuah Durian
Bahan :
  • 1 sisir pisang kepok muda yang mengkal, dikupas
Bahan saus :
  • 250 gram gula merah, disisir tipis
  • 100 ml air
  • 5 mata durian matang, buang bijinya
  • 1/4 sendok teh garam
  • 1 lembar daun pandan
Cara pembuatan :
  1. Bakar pisang diatas bara api sambil dibolak balik hingga harum dan matang.
  2. Rebus gula merah, air daun pandan sampai mendidih. Tambahkan garam dan durian. Rebus sampai kental.
  3. Susun pisang di atas piring, siram saus sebelum disajikan.

Es Pisang Hijau

Es Pisang Hijau - es lezat dari Kota Makassar Ini memeng benar-benar lezat. Sekarang anda bisa menikmati es pisang hijau ini tanpa harus ke kota asalnya, dikarenakan sekarang banyak penjual es ini. Es pisang ijo terbuat dari pisang raja atau kepok, dibungkus dengan tepung terigu yang sudah diberi santan dan air daun pandan atau pasta pandan sebagai pewarna dan pengharum sehingga berwarna hijau, disajikan dengan saus yang diberi es serut, kacang goreng/sangrai yang ditumbuk kasar  dan sirup. Jadi kata ijo itu bukan menunjukkan bahwa jajanan ini terbuat dari pisang hijau tetapi dari tepung pembungkusnya yang berwarna hijau dari daun pandan.


Es ini nikmat bila kita menikmatinya ketika siang hari yang panas atau ketika bulan ramadhan. Rasanya yang segar, manis, dan mengenyangkan sangat cocok sebagai teman untuk berbuka puasa. 




Bahan-Bahan Es Pisang Ijo :
  • 40 gram tepung beras
  • 1/2 sendok teh garam
  • 300 ml air
  • 100 ml air daun suji
  • 3 tetes pewarna hijau
  • 175 gram tepung beras
  • 5 buah pisang raja yang tua
  • es serut
  • sirup merah
Bahan Saus :
  • 650 ml santan
  • 50 gram tepungh terigu
  • 75 gram gula pasir
  • 1 lembar daun pandan
  • 1/4 sendok teh garam
Cara Membuat Es Pisang Ijo :
  1. Aduk tepung beras, garam, air, air daun suji, pewarna hijau lalu rebus sambil diaduk sampai mendidih, angkat.
  2. Tambahkan tepung beras, aduk rata lalu aduk lagi sampai kalis(tidak lengket). Tipiskan adonan, balutkan pada pisang hingga tertutup.
  3. Kukus pisang selama 20 menit. Angkat dan sisihkan.
  4. Rebus bahan saus sampai mendidih, angkat lalu dinginkan.
  5. Potong-potong pisang hijau, tuangkan saus, es serut, dan sirup merah.

Friday, 27 April 2012

Bambu Gila Banyak Mengandung Mistik

Bambu Gila - permainan mistis dari Maluku, dibilang mistis dikarenakan pada permainan ini bambu yang semula kosong dan ringan menjadi berat dan sulit diatur oleh para pemain. Bambu akan mengikuti suara alunan musik atau seorang pawang permainan ini akan berhenti ketika para pemain berjatuhan.



Bambu yang digunakan merupakan bambu lokal. Namun, proses memilih dan memotong bambu tidak sembarangan, karena dibutuhkan perlakuan khusus. Pawang terlebih dahulu meminta izin dari roh yang menghuni hutan bambu tersebut. 

Bambu kemudian dipotong dengan melakukan adat tradisional. Bambu dibersihkan dan dicuci dengan minyak kelapa kemudian dihiasi dengan kain pada setiap ujungnya. Dahulu, bambu langsung diambil dari Gunung Gamalama, gunung api di Ternate, Maluku Utara. Saat ini, tarian bambu gila dipelajari dan dimainkan di luar pulau Maluku.



Tradisi tari bambu gila diyakini sudah lama dimulai sebelum masa Islam dan Kristen masuk ke kepulauan ini. Saat ini tari berbau mistis ini hanya dipentaskan di beberapa desa kecil. Melihat tarian ini merupakan pengalaman spiritual yang unik. Lantunan mantra dari pawang dan tabuhan tifa menciptakan pertunjukan yang tidak bisa Anda temukan ditempat lain di dunia.


Ternyata tradisi ini masuk rekor Muri, ketika 700 peserta dan 100 pawang mengendalikan 100 bambu pada tanggal 25 Maret sampai 21 April 2011 di lapangan Kedato Ternate, pada festival Legu Gam

Tradisi Perang Obor Kabupaten Jepara

Perang Obor - sebuah tradisi dari Desa Tegalsambi, Kabupaten Jepara. Tradisi asli orang Jepara. Tongkat api yang digunakan berasal dari daun blarak (daun kelapa kering) dan klaras (pelepah daun pisang kering) berapi dan saling dipukulkan ke tubuh lawan. Bentuknya disesuaikan dengan legenda Kyai Babadan dan Ki Gemblong. Dan Anehnya, semua peserta tidak terbakar. Luka melepuh yang didapat saat perang bisa segera disembuhkan dengan minyak Londoh.



Biasanya tradisi Perang Obor dilakukan di hari Selasa Pon bulanZulhijjah. Tahun ini tradisi tahunan untuk melestarikan budaya asli ini akan jatuh pada tanggal 28 April 2012. Sebelum acara dimulai akan diadakan selamatan di 7 tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat Tegal sambi. Setelah itu seekor kerbau jantan muda yang belum pernah dipakai membajak sawah disembelih di rumah kepala desa. Perang yang ini biasanya berlangsung selama 1 jam.


Meskipun tradisi ini berbahaya, namun masyarakat menyambut dengan bahagia, selain itu juga mendatangkan para wisatawan. Ikut terlibat dalam tradisi ini merupakan suatu kebanggaan, karena bisa menghilangkan rasa takut juga bisa menghantam obor yang menyala keteman kita.

Lawang Sewu

Lawang Sewu - atau dalam bahasa Indonesia yang berarti seribu pintu yang berada di Semarang. Bangunan yang didirikan oleh kolonial Belanda pada tahun 1904 sampai 1907 ini merupakan gedung NIS atau Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij. Sedangkan pada masa penjajahan Jepang bangunan ini dijadikan tahanan ruang bawah tanah. Sedangkan di masa kemerdekaan dijadikan kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI)  atau sekarang PT. KAI sampai tahun 1997.



Di depan bangunan Lawang Sewu terdapat monumen Tugu Muda, yang berbentuk lilin, menggambarkan perjuangan kaum muda Semarang tidak putus asa dalam peperangan lima hari dari tanggal 15 Oktober 1945 sampai 19 Oktober 1945. Sekarang bngunan ini tampak megah karena belum lama direnovasi.


Walaupun bangunan ini tampak megah diluar, tetapi didalam bangunan ini menyimpan banyak misteri, terutama di bagian ruang bawah tanah. Asal anda tahu bahwa ternyata Lawang Sewu tidak berjumlah seribu pintu, kalau tidak percaya silahkan anda hitung.

Getuk Goreng Khas Sokaraja

Getuk Goreng - sebuah makanan yang khas dari Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Makanan yang berbahan dasar singkong yang ditambah dengan taburan parutan kelapa ini rasanya legit. Unik makanan ini memang unik, selain itu tempat untuk membungkus makanan ini juga unik sebuah anyaman bambu.

Getuk goreng ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1918 oleh Sanpirngad, seorang penjual nasi keliling di daerah Sokaraja. Pada saat itu getuk yang dijual tidak laku, sehingga beliau mencari akal agar getuk tersebut masih bisa dikonsumsi. Kemudian, getuk yang tidak habis dijual pada hari itu dia goreng dan dijual lagi. Ternyata, makanan baru tersebut digemari oleh para pembeli.


Dengan harga Rp. 7000,- anda bisa mendapatkan 4 ons. Salah satu kawasan yang menjadi pusat oleh – oleh ada di disepanjang Jl. Jenderal Sudirman Sokaraja. Awalnya getuk goreng hanya mempunyai satu rasa dan aroma yaitu gula merah, tapi sekarang ada rasa dan aroma baru, coklat, durian, nangka, keju, wijen  dan lain-lain.


Getuk Goreng Isi Keju



BAHAN:
1 kg singkong, kupas, potong-potong
50 g gula merah, sisir
150 g kelapa muda, kupas kulitnya, parut memanjang, kukus
3 sdm mentega
1 sdt garam
1/4 sdt vanili bubuk
100 g keju cheddar, potong dadu 1 cm
Minyak untuk menggoreng

Pencelup, aduk rata:
100 g tepung beras
35 g tepung kanji
1/2 sdt garam
200 ml air matang

CARA MEMBUAT:

  1. Panaskan dandang, kukus singkong selama 20 menit hingga matang dan empuk. Angkat. Tiriskan.
  2. Buang serat singkong dan tumbuk hingga setengah halus. Masukkan gula merah, kelapa parut, mentega, garam, dan vanili. Tumbuk kembali hingga halus dan rata.
  3. Ambil 2 sdm adonan singkong, bentuk bulatan sebesar bakso dan pipihkan. Isi dengan sepotong keju, bulatkan kembali hingga keju tertutup.
  4. Celupkan bakso singkong ke dalam adonan pencelup hingga rata.
  5. Goreng dalam minyak banyak dan panas hingga matang dan kecokelatan. Angkat. Tiriskan. Sajikan hangat.

Thursday, 26 April 2012

Menikmati Jalan Malioboro

Malioboro - merupakan jalan tempat wisata yang mulai dari Tugu Jogja sampai perempatan Kantor Pos. Tempat ini di sepanjang kanan jalan di emperan toko banyak penjual berbagai macam mulai dari kain batik, sandal, makanan, souvenir khas jogja dan masih banyak lagi. Sedangkan di kiri jalan anda bisa menikmati makanan ditemani dengan alunan musik para pengamen jalanan. Anda bisa menikmati keindahan Malioboro dengan naik becak atau menggunakan andong.





Nama Malioboro berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga. Konon, jalan ini memang selalu dipenuhi bunga saat perayaan atau upacara tertentu. Malioboro 1980. Suasana kuno Malioboro masih terasa dengan masih berdirinya gedung-gedung dan bangunan tua peninggalan jaman Belanda.

Dagadu Kreatifitas Orang Jogja

Dagadu - merupakan suatu brand di Jogja yang khususnya menjual souvenir yang khas dari Kota Pelajar ini, mulai dari kaos, topi, pin gantungan kunci, cinderamata dll. Dagadu lebih mengutamakan kreatifitas mereka atau memlesetkan sesuatu yang sudah terkenal dengan cara mereka.

 

Anda bisa menemukan kaos maupun souvenir lainnya di sekitar Malioboro, dengan harga murah anda bisa membawa pulang oleh-oleh kretifitas masyarakat Jogja.

Pasar Klitikan Pusat Barang Bekas

Pasar Klitikan - atau orang lebih tau dengan pakuncen dalam Bahasa Indonesia berarti barang bekas. Seperti namanya,Pasar Klitikan Pakuncen Yogyakarta sebagai pusat jual-beli barang bekas, terletak di Jl HOS Cokroaminoto 34 Pakuncen, Yogyakarta. Sebuah pasar tempat alternatif bagi anda yang ingin memiliki barang bagus walaupun tangan kedua.

Pasar Klitikan ini sesungguhnya merupakan kumpulan penjual barang bekas yang berada di Jalan Mangkubumi. Karena wilayah berdagang mereka berada di pinggiran dan trotoar jalan di wilayah Mangkubumi sekitaran Tugu, maka pemerintah memiliki kebijakan untuk merapikan dagangan mereka dan memindahkannya pada satu tempat yaitu di Pasar Klitikan Kuncen, Wirobrajan, Yogyakarta. Tempat ini dapat menjadi referensi anda khususnya untuk mencari barang bekas yang mungkin sudah tidak tersedia di toko lagi. Barang disini cukuplah banyak mulai dari baju, sepatu, helm, aksesoris motor dll, anda bisa juga menemukan barang baru di pasar ini.


Sebagai tambahan informasi, Pasar Klitikan Pakuncen ini dibangun di atas lahan eks Pasar Hewan Pakuncen, kini pedagang hewan direlokasi ke Pasar Hewan Gamping, Sleman.

Pasar Beringharjo Pusat Kain Batik

Pasar Beringharjo - Sebuah pasar tradisonal yang terletak tidak jauh dari Malioboro, tepatnya di Jl. Jend A. Yani. Pasar ini merupakan pusat penjualan kain batik mulai dari  produk garmen batik lainnya seperti, daster, celana pendek, piyama, blangkon dll. Pasar ini buka setiap hari dan anda harus sabar dikarenakan pasar ini cukup ramai.





Wilayah Pasar Beringharjo mulanya merupakan hutan beringin. Tak lama setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya tahun 1758, wilayah pasar ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Ratusan tahun kemudian, pada tahun 1925, barulah tempat transaksi ekonomi ini memiliki sebuah bangunan permanen. Nama 'Beringharjo' sendiri diberikan oleh Hamengku Buwono IX, artinya wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo). Kini, para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat belanja yang menyenangkan.

Wednesday, 25 April 2012

Gudeg Makanan Khas Kota Jogja

Gudeg - Merupakan makanan khas Kota Yogyakarta, kota yang terkenal akan budaya ini memiliki makanan istimewa seprti gudeg. Gudeg ada berbagai macam mulai gudeng nangka sampai gudeg manggar. Membuat gudeg Memang lama membutuhkan proses yang panjang.  Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek. Gudeg sekarang sudah dikembangkan mulai dengan dikalengkan jika anda mau memakannya cukup dengan menghangatkannya.





Resep Gudeg Nangka:
Bahan:
  • 1½ kg nangka muda
  • 1 sdm asam jawa
  • 2 sdm gula jawa
  • 6 lembar daun salam
  • 4 gelas santan
  • Garam secukupnya
  • minyak goreng secukupnya
Bumbu yang dihaluskan:
  • 8 butir bawang merah
  • 4 siung bawang putih
  • ½ sdt ketumbar, disangrai
  • ½ sdt jintan, disangrai
  • 10 butir kemiri
Cara Membuat:
  • Nangka muda diiris ukuran 4 cm lalu direbus dengan air secukupnya sampai matang, angkat dan tiriskan.
  • Larutkan asam jawa dan gula merah dengan sedikit air.
  • Panaskan minyak goreng, tumis bumbu yang sudah dihaluskan bersama daun salam, air gula merah dan air asam jawa.
  • Setelah harum, masukkan nangkanya, aduk rata, tambahkan garam secukupnya.
  • Terakhir, tuang santannya kemudian masak sampai mendidih dan santan agak mengental dan berminyak.

Tugu Jogja Ikon Yogyakarta

Tugu Jogja – Merupakan ikon Daerah Istemewa Yogyakarta. Bila datang ke Yogyakarta, dan kebetulan Anda bingung menentukan arah mau ke mana, ada satu patokan yang pasti dikenal oleh seluruh Wong Yogya. Itulah Tugu. Sebuah bangunan monumen sejarah yang terletak di perempatan bertemunya Jalan P Mangkubumi di sisi selatan, Jalan AM Sangaji di sisi utara, Jalan Jenderal Sudirman di sebelah timur, dan Jalan P Diponegoro di sebelah barat. Tugu setinggi 15 meter itu diresmikan pada 3 Oktober 1889 atau 7 Sapar 1819 Tahun Jawa.


 
Asal tahu saja, Tugu itu ternyata juga menjadi salah satu poros imajiner pihak Kraton Yogyakarta. Jika ditarik garis lurus dari selatan ke utara, atau sebaliknya; maka akan ditemukan garis lurus ini: Laut Selatan, Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi.

Bahkan, Sultan sebagai penguasa Kraton Yogyakarta, jika duduk di singgasana di Siti Hinggil Kraton, ia bisa memandang Gunung Merapi di sisi utara. Ikatan magis antara Laut Kidul, Kraton, dan Gunung Merapi hingga saat ini dipercaya oleh Wong Yogya. Oleh sebab itu budaya larungan selalu dilaksanakan pada bulan Sura di Laut Selatan maupun Gunung Merapi oleh pihak Kraton.

Seiring dengan perjalanan sejarah, Tugu yang sudah berumur 100 tahun lebih itu rupanya akan diubah bentuknya. Tentunya ada alasan kuat yang mendasarinya. Konon, dari catatan sejarah disebutkan, sosok Tugu yang ada sekarang itu sebenarnya telah mengalami perubahan bentuk dari sosok aslinya. Tugu itu semula didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I, pendiri Kerajaan Yogyakarta setelah Mataram Islam yang berpusat di Kartasura terpecah menjadi dua. Sebagian menjadi Kasultanan Yogyakarta, sebagian lagi menjadi Kasunanan Surakarta pada Perjanjian Giyanti tahun 1755. Tugu itu dulu disebut Tugu Golong-Gilig.

Bentuk Tugu Golong-Gilig itu, konon, puncaknya berupa golong (bulatan mirip bola) dan bawahnya berbentuk bulat panjang/silindris atau gilig. Tugu Golong-Gilig tersebut melambangkan tekad yang golong gilig (menyatunya pimpinan/raja dengan rakyatnya). Makna lebih jauh adalah bersatunya raja dan rakyatnya dalam perjuangan melawan musuh maupun menyatu dalam membentuk pemerintahan dalam satu negara. di sisi lain juga bisa dimaknakan sebagai hubungan antara manusia dengan Sang Khalik.

Jika melihat makna Tugu Golong-Gilig adalah bersatunya antara raja dan rakyat, maka hal itu bisa dimengerti karena pendiri Kerajaan Yogyakarta kala itu dikenal sebagai pemberontak yang ingin memisahkan diri dari Kerajaan Mataram Islam yang justru dikuasai penjajah Belanda. Pangeran Mangkubumi (kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I) memilih memberontak dan memisahkan diri daripada kerajaan  bawah pengaruh kekuasaan Belanda.

Tugu Golong-Gilig semula dibangun setinggi 25 meter. Kemudian karena gempa tektonik pada 10 Juni 1867 atau 4 Sapar Tahun EHE 1284 H atau 1796 Tahun Jawa sekitar pukul 05.00 pagi, tugu itu rusak terpotong sekitar sepertiga bagian. Musibah itu bisa terbaca dalam candra sengkala – sebuah catatan kata yang bermakna angka tahun -- Obah Trusing Pitung Bumi (1796).

Tugu itu kemudian diperbaiki oleh Opzichter van Waterstaat Kepala dinas Pekerjaan Umum JWS van Brussel di bawah pengawasan Pepatih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo V. Lalu tugu baru itu di resmikan HB VII pada 3 Oktober 1889 atau 7 Sapar 1819 Tahun Jawa. Oleh pemerintah Belanda, tugu itu disebut De Witte Paal (Tugu Putih).

Menurut kerabat Kraton Yogyakarta yang juga Kepala Bapedalda (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) Daerah Istimewa Yogyakarta, Raden Mas Haji Tirun Marwito SH; saat ini Kraton Yogyakarta memang sedang mengkaji kemungkinan mengembalikan Tugu Yogya ke bentuk asalnya. "Bentuk Tugu yang sekarang ini sudah direkayasa oleh pihak penjajah Belanda saat itu. Akibatnya makna filosofinya sudah berubah," tuturnya.

Saat dibangun kembali oleh pemerintah Belanda itu,di sana ada candra sengkala Wiwaraharja Manunggal Manggalaning Praja atau tahun Jawa 1819 yang berarti pintu menuju kesejahteraan bagi para pemimpin negara. Hal itu jelas bertentangan dengan simbol Golong-Gilig. Oleh sebab itulah maka pihak Kraton Yogyakarta berniat mengubah bentuk tugu yang sekarang.

Sego Kucing


Sego Kucing - atau dalam Bahasa Indonesia yang berarti Nasi Kucing merupakan makanan wajib di setiap angkringan. Makanan yang murah meriah ini yang biasa para pedagang menjualnya sekitar Rp. 1000,- saja sudah bisa anda nikmati. Makanan ini siap disantap dengan berbagai gorengan,ceker,usus ayam atau yang lainnya. Makanan ini isinya antara lain nasi yang dicampur dengan ikan teri atau juga nasi yang dicampur dengan oseng-oseng sayur.

Kopi Joss


Kopi Joss – merupakan sebuah minuman yang harus dicoba ketika anda berwisata di Yogyakarta. Kopi yang sebetulnya biasa saja ini, menjadi istemewa dikarenakan ditambahkannya sebuah arang yang masih panas. Anda bisa menemukan minuman ini di setiap angkringan yang berada di sepanjang jalan sebelah utara Stasiun Tugu Jogja. Kopi Joss yang terkenal di daerah situ adalah milik Lek Man keturunan pertama penjual angkringan di Jogja. Selain itu minuman ini juga menyehatkan dan tidak berlebih dalam mengkonsumsi.

Angkringan Tempat Makan Murah dan Mengenyangkan

Angkringan - (berasal dari bahasa Jawa ' Angkring ' yang berarti duduk santai) adalah sebuah gerobag dorong yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang biasa terdapat di setiap pinggir ruas jalan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di Solo dikenal sebagai warung hik ("hidangan istimewa ala kampung") atau wedangan. Gerobag angkringan biasa ditutupi dengan kain terpal plastik dan bisa memuat sekitar 8 orang pembeli. Beroperasi mulai sore hari, ia mengandalkan penerangan tradisional yaitu senthir, dan juga dibantu oleh terangnya lampu jalan.

Sampai terkenalnya angkringan ini, membuat TVRI Jogja membuat acara yang bertemakan angkringan yang ditayangkan setiap hari minggu jam 18.00.
Makanan yang dijual meliputi nasi kucing, gorengan, sate usus (ayam), sate telur puyuh, keripik dan lain-lain. Minuman yang dijualpun beraneka macam seperti teh, jeruk, kopi, tape, wedang jahe dan susu. Semua dijual dengan harga yang sangat terjangkau.
Meski harganya murah, namun konsumen warung ini sangat bervariasi. Mulai dari tukang becak, tukang bangunan, pegawai kantor, mahasiswa, seniman, bahkan hingga pejabat dan eksekutif. Antar pembeli dan penjual sering terlihat mengobrol dengan santai dalam suasana penuh kekeluargaan.
Tempat angkringan yang terkenal di Jogja adalah di sebelah utara Stasiun Tugu  atau disebut juga Angkringan Lik Man adalah venue kopdar wajib bagi siapapun yang datang ke kota Yogya. Menu khas angkringan ini adalah Kopi Joss yang dimana didalam secangkir kopi tersebut ditambahkan arang yang masih menyala yang membuat siapa saja yang menikmatinya pasti akan ketagihan.
Sedikit sejarah tentang angkringan ini berdiri sekitar tahun 1950-an dari sesosok Mbah Pawiro/Pairo yang berasal dari Cawas, Klaten. Beliau yang merantau dari desanya menuju kota menggelar dagangan di sekitar emperan Stasiun Tugu Yogyakarta.

Tuesday, 24 April 2012

Pantai Indah Tempat Sunset dan Sunrise

Pantai Losari adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah barat kota Makassar. Pantai ini menjadi tempat bagi warga Makassar untuk menghabiskan waktu pada pagi, sore dan malam hari menikmati pemandangan matahari tenggelam yang sangat indah.

Dahulu, pantai ini dikenal dengan pusat makanan laut dan ikan bakar di malam hari (karena para penjual dan pedagang hanya beroperasi pada malam hari), serta disebut-sebut sebagai warung terpanjang di dunia (karena warung-warung tenda berjejer di sepanjang pantai yang panjangnya kurang lebih satu kilometer).
Salah satu penganan khas Makassar yang dijajak di warung-warung tenda itu adalah pisang epe (pisang mentah yang dibakar, kemudian dibuat pipih, dan dicampur dengan air gula merah. Paling enak dimakan saat masih hangat).
Saat ini warung-warung tenda yang menjajakan makanan laut tersebut telah dipindahkan pada sebuah tempat di depan rumah jabatan Walikota Makassar yang juga masih berada di sekitar Pantai Losari.
Diseluruh Indonesia, hanya ada satu pantai yang dapat menyaksikan sunrise dan sunset disatu titik berdiri yang sama. “Pantai itu yakni pantai Losari, Makasar”, begitu kata Jusuf Kalla salah satu tokoh masyarakat disana mengatakan kepada saya sambil membanggakan pantai ini, satu saat yang lalu. Awalnya saya bingung dengan kenyataan ini. Posisi pantai yang memanjang Utara-Selatan ini memang bisa menyaksikan terbitnya dan terbenamnya matahari disatu posisi yang sama. Unik memang. Lepas dari itu, pantai Losari adalah salah satu pantai paling resik dan apik yang pernah saya datangi diseluruh Indonesia ini, dan hebatnya lagi pantai ini berada tepat dijantung kota besar.

Monday, 23 April 2012

Air Terjun Sri Gethuk Pesona Wisata Gunung Kidul

Air Terjun Sri Gethuk terletak di Kabupaten Gunungkidul sebagai daerah yang notabene diasumsikan orang – orang  sebagai wilayah kering dan tandus ternyata juga menyimpan keindahan serupa, yakni hijaunya aliran sungai yang membelah ngarai dengan air terjun indah yang tak pernah berhenti mengalir di setiap musim. Air terjun tersebut dikenal dengan nama Air Terjun Sri Gethuk.


 

Terletak di Desa Wisata Bleberan, Air Terjun Sri Gethuk menjadi salah satu spot wisata yang sayang untuk dilewatkan.Tepatnya di Padukuhan Menggoran.Dari Kota Yogyakarta hanya berjarak kurang lebih sekitar 41 km dan dapat ditempuh melalui Jalan Wonosari, dari pertigaan Gading belok kiri menuju Playen. Lalu carilah jalan yang menuju ke Paliyan, dari situ Sri Gethuk hanya berjarak 1,5 Km. 

 Tempat wisata ini berdekatan dengan lokasi wisata lain, yakni Gua Rancang Kencono. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 80 meter dan berada tepat di tepi Sungai Oyo. Air terjun ini tidak pernah kering, karenanya selalu dapat menjadi objek foto yang menarik.

Sri Gethuk memiliki nama lain Air Terjun Slempret. Keunikan air terjun ini karena bercabang pada dua celah tebing dan muncul dari sela-sela tebing 'karst' yang gersang. Ada tiga sumber mata air yang menyembur di sekitar air terjun Sri Gethuk, yaitu mata air Dung Poh, Ngandong dan Ngumbul yang mempunyai rata-rata debit air 30 sempai dengan 60 liter per detik.

Air terjun ini dinamai Sri Gethuk atau Sri Ketuk karena menurut kepercayaan masyarakat setempat pada masa lalu, sering terdengar suara gamelan, yang diyakini milik Raja Jin Slempret yang bernama Angga Mendura. Menurut mitos setempat, keberadaan air terjun ini merupakan lokasi pasar jin.

Pada malam-malam tertentu, masyarakat sering mendengar bunyi-bunyian seperti slompret dari arah air terjun itu. Tapi jika sumber suara didekati, suara yang terdengar justru akan menghilang. Karenanya, masyarakat setempat menyebutnya Air Terjun Slempret.

Untuk masuk ke ogjek wisata Air Terjun Sri Gethuk, pengunjung cukup mengeluarkan uang Rp3000. Selain itu, perlu juga disiapkan Rp5000 untuk tarif sewa perahu per orang, dan Rp2000 untuk menyewa ban apabila ingin bermain air atau berenang di sungai.

Masjid Agung Demak Peninggalan Wali Songo

Masjid Agung Demak adalah sebuah masjid yang tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah.


 

Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520.

Masjid  Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat memercayai masjid  ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal  dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan  Demak Bintoro.

Masjid Agung Demak didirikan dalam tiga tahap. Tahap pembangunan pertama adalah pada tahun 1466. Ketika itu masjid ini masih berupa bangunan Pondok Pesantren  Glagahwangi di bawah asuhan Sunan Ampel. Pada tahun 1477, masjid ini dibangun  kembali sebagai masjid Kadipaten Glagahwangi Demak. Pada tahun 1478, ketika  Raden Fatah diangkat sebagai Sultan I Demak, masjid ini direnovasi dengan penambahan  tiga trap. Raden Fatah bersama Walisongo memimpin proses pembangunan masjid ini  dengan dibantu masyarakat sekitar. Para wali saling membagi tugasnya masing-masing. Secara umum, para wali menggarap soko guru yang menjadi tiang  utama penyangga masjid. Namun, ada empat wali yang secara khusus memimpin pembuatan  soko guru lainnya, yaitu: Sunan Bonang memimpin membuat soko guru di bagian  barat laut; Sunan Kalijaga membuat soko guru di bagian timur laut; Sunan Ampel  membuat soko guru di bagian tenggara; dan Sunan Gunungjati membuat soko guru di  sebelah barat daya.

Luas  keseluruhan bangunan utama Masjid Agung Demak adalah 31 x 31 m2. Di  samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x 15 m  dengan panjang keliling 35 x 2,35 m;  bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3  m. Serambi masjid berbentuk bangunan yang terbuka. Bangunan masjid ditopang  dengan 128 soko, yang empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga  utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.

Masjid ini  memiliki keistimewaan berupa arsitektur khas ala Nusantara. Masjid ini  menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki. Atap limas  ini berbeda dengan umumnya atap masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan  bentuk kubah. Ternyata model atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna,  yaitu bahwa seorang beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya: iman, Islam, dan ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima  buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki  makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini  memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya  kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari  kiamat, dan qadha-qadar-Nya.

Bentuk bangunan  masjid banyak menggunakan bahan dari kayu. Dengan bahan ini, pembuatan bentuk  bulat dengan lengkung-lengkungan akan lebih mudah. Interior bagian dalam masjid  juga menggunakan bahan dari kayu dengan ukir-ukiran yang begitu indah.

Bentuk bangunan masjid yang unik tersebut ternyata hasil kreativitas masyarakat pada saat itu. Di samping banyak mengadopsi perkembangan arsitektur lokal ketika itu, kondisi iklim tropis (di antaranya berupa ketersediaan kayu) juga mempengaruhi proses pembangunan masjid. Arsitektur bangunan lokal yang berkembang pada saat itu,  seperti joglo, memaksimalkan bentuk limas dengan ragam variasinya.
Masjid  Agung Demak berada di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas. Secara  umum, pembangunan kota-kota di Pulau Jawa banyak kemiripannya, yaitu suatu  bentuk satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada  di tengahnya. Pembangunan model ini diawali oleh Dinasti Demak Bintoro. Diperkirakan, bekas Keraton Demak ini berada di sebelah selatan Masjid Agung  dan alun-alun.

Di lingkungan Masjid Agung Demak ini terdapat sejumlah benda-benda peninggalan bersejarah, seperti Saka Tatal, Dhampar Kencana, Saka Majapahit, dan Maksurah. Di samping  itu, di lingkungan masjid juga terdapat komplek makam sultan-sultan Demak dan  para abdinya, yang terbagi atas empat bagian:
  • Makam Kasepuhan, yang terdiri atas 18 makam, antara  lain makam Sultan Demak I (Raden Fatah) beserta istri-istri dan putra-putranya,  yaitu Sultan Demak II (Raden Pati Unus) dan Pangeran Sedo Lepen (Raden  Surowiyoto), serta makam putra Raden Fatah, Adipati Terung (Raden Husain).
  • Makam Kaneman, yang terdiri atas 24 makam, antara lain makam Sultan Demak III (Raden Trenggono), makam istrinya, dan makam  putranya, Sunan Prawoto (Raden Hariyo Bagus Mukmin).
  • Makam di sebelah barat Lasepuhan dan Kaneman, yang terdiri atas makam Pangeran Arya Penangsang, Pangeran Jipang, Pangeran Arya  Jenar, Pangeran Jaran Panoleh.
  • Makam lainnya, seperti makam Syekh Maulana Maghribi, Pangeran Benowo, dan Singo Yudo.
Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.

Masjid Agung Demak juga telah dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO semenjak tahun 1995.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons