Thursday, 14 June 2012

Andong Transportasi Ramah Lingkungan


Andong merupakan salah satu alat transportasi tradisional di Yogyakarta dan sekitarnya, seperti Solo dan Klaten. Keberadaan andong sebagai salah satu warisan budaya Jawa memberikan ciri khas kebudayaan tersendiri yang kini masih terus dilestarikan.Andong memiliki sebutan lain, seperti dokar, delman, bendi atau sado. Bedanya, andong mempunyai empat roda.
Sejarah Andong dimulai dari berdirinya Kraton Yogyakarta Hadiningrat, dimana para Raja-raja Mataram atau Yogyakarta dulu mempergunakan alat Tranportasi ini sebagai Kendaraan. Andong merupakan kereta kuda beroda empat yang hanya boleh digunakan oleh para bangsawan, terutama raja dan para kerabatnya. Di awal abad 19 hingga awal abad 20, andong ini menjadi salah satu penanda status sosial para priyayi keraton, yang dimulai ketika Mataram dipimpin oleh Sultan HB VII. Ketika itu rakyat jelata tidak diperbolehkan menggunakan andong. Rakyat hanya boleh menggunakan gerobak sapi atau dokar (kereta kuda beroda dua). Tetapi ketika masa Sultan HB VIII, andong mulai digunakan oleh masyarakat umum, meskipun masih terbatas pada para pedagang saja. 
Karena bentuknya yang sangat Unik dan mempunyai nilai arsitektur yang tinggi serta terlihat wibawa, maka rakyat Mataram atau Yogyakarta pada Zaman dulu menciptakan Andong sebagai alat transportasinya. Kalau untuk kalangan Raja-raja di Yogyakarta atau Jogjakarta disebut dengan Kereta Kencana, sedangkan untuk Rakyat dengan sebutan Andong. 
Walaupun sudah banyak kendaraan bermotor yang lebih cepat dan murah, tetapi pengguna Andong di Yogyakarta ini masih cukup banyak. Andong-andong ini dapat ditemui dengan mudah di sepanjang jalan Malioboro, pasar Ngasem, serta di Kotagede.
Andong memiliki keistemewaan yang tidak dimiliki transportasi modern saat ini, selain ramah lingkungan, transportasi ini ditarik oleh Kuda.

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons