Taman wisata ini lebih ramai dibandingkan Kawah Putih, mungkin
disebabkan fasilitas yang ada lebih banyak. Luas taman wisata ini 17 ha,
sedangkan luas danaunya 48 ha. Di tengah danau itu terdapat pulau kecil yang
dinamakan pulau Asmara, karena berbentuk hati.
Situ Patengan, berasal dari
bahasa Sunda, “Pateangan-teangan” yang artinya saling mencari. Dikisahkan dulu
ada sepasang sejoli yaitu Ki Santang dan Dewi Rengganis yang saling mencintai.
Mereka berpisah sekian lamanya, dan saling mencari. Akhirnya mereka bertemu di
tempat yang dinamakan Batu Cinta. Dewi Rengganis pun minta dibuatkan danau dan
sebuah perahu untuk berlayar bersama. Perahu inilah yang sampai sekarang
menjadi sebuah pulau yang berbentuk hati (pulau Asmara/pulau Sasaka).
Situ Patengan pun menyimpan potensi flora dan fauna. Beberapa flora dan fauna unik dapat ditemui di kawasan ini. Apalagi, Situ Patengan telah menjadi taman wisata sejak tahun 1981 yang sebelumnya merupakan kawasan cagar alam. Pepohonan khas Jawa Barat, sejenis puspa dan saninten, masih banyak ditemukan. Jenis primata langka, surili (Presbytis comata), juga masih kerap terlihat dan terdengar suaranya di hutan sekitar situ. Untuk jenis ikan, situ ini menjadi habitat ikan sejenis nila, mas, dan tawes.
Situ Patengan rutin menjadi tempat kegiatan penanaman bibit ikan dan tanaman setiap tahunnya, yaitu setiap tanggal 14 Maulid. Pada hari itu juga dilaksanakan ritus syukuran yang dilakukan masyarakat sekitar Situ Patengan di Pulau Sasuka. Acara itu juga merupakan bentuk penghormatan pada tanah leluhur.
0 comments:
Post a Comment