Persamaan dari ketiganya: ritual upacara kematian dan penguburan
jenazah. Di Tana Toraja sendiri memiliki dua upacara adat besar yaitu Rambu
Solo’ dan Rambu Tuka.
Rambu Solo’ merupakan upacara penguburan, sedangkan Rambu Tuka,
adalah upacara adat selamatan rumah adat yang baru, atau yang baru saja selesai
direnovasi.
Rambu Solo’ merupakan acara tradisi yang sangat meriah di Tana
Toraja, karena memakan waktu berhari-hari untuk merayakannya. Upacara ini
biasanya dilaksanakan pada siang hari, saat matahari mulai condong ke barat dan
biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari. Bahkan bisa sampai dua minggu untuk
kalangan bangsawan. Kuburannya sendiri dibuat di bagian atas tebing di
ketinggian bukit batu.
Karena menurut kepercayaan Aluk To Dolo (kepercayaan masyarakat
Tana Toraja dulu, sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam) di kalangan orang
Tana Toraja, semakin tinggi tempat jenazah tersebut diletakkan, maka semakin
cepat pula rohnya sampai ke nirwana.
Upacara ini bagi masing-masing golongan masyarakat tentunya berbeda-beda. Bila bangsawan yang meninggal dunia, maka jumlah kerbau yang akan dipotong untuk keperluan acara jauh lebih banyak dibanding untuk mereka yang bukan bangsawan. Untuk keluarga bangsawan, jumlah kerbau bisa berkisar dari 24 sampai dengan 100 ekor kerbau. Sedangkan warga golongan menengah diharuskan menyembelih 8 ekor kerbau ditambah dengan 50 ekor babi, dan lama upacara sekitar 3 hari.
Upacara ini bagi masing-masing golongan masyarakat tentunya berbeda-beda. Bila bangsawan yang meninggal dunia, maka jumlah kerbau yang akan dipotong untuk keperluan acara jauh lebih banyak dibanding untuk mereka yang bukan bangsawan. Untuk keluarga bangsawan, jumlah kerbau bisa berkisar dari 24 sampai dengan 100 ekor kerbau. Sedangkan warga golongan menengah diharuskan menyembelih 8 ekor kerbau ditambah dengan 50 ekor babi, dan lama upacara sekitar 3 hari.
Tapi, sebelum jumlah itu mencukupi, jenazah tidak boleh dikuburkan
di tebing atau di tempat tinggi. Makanya, tak jarang jenazah disimpan selama
bertahun-tahun di Tongkonan (rumah adat Toraja) sampai akhirnya keluarga
almarhum/ almarhumah dapat menyiapkan hewan kurban. Namun bagi penganut agama
Nasrani dan Islam kini, jenazah dapat dikuburkan dulu di tanah, lalu digali
kembali setelah pihak keluarganya siap untuk melaksanakan upacara ini.
Upacara Rambu
Solo ini dikatakan upacara yang rumit karena memiliki sejumlah tingkatan sesuai
dengan status sosial mendiang dan keluarganya. Biasanya jenazah tadi disertai
pula dengan patung yang menggambarkan diri sang mendiang. Patung ini disebut
tau - tau. Kemudian, pada prosesi terakhir, mayat tadi dibawa ke tebing dan
diletakkan di dinding tebing begitu saja. Dan ajaibnya, seperti sepenggal kisah
diatas, mayat yang diletakkan di dinding itu tidak mengeluarkan bau busuk.
Dalam masyarakat
Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya
mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya
akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga Bangsawan yang berhak
menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan
biasanya dihadiri oleh ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari.
Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang
rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat
lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh
keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan
dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi
semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang
kelas rendah.
Bagian lain dari pemakaman adalah
penyembelihan kerbau.
Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih.
Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok.
Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya,
yang sedang dalam "masa tertidur". Suku Toraja percaya bahwa arwah
membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan
puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman
yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat
dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan
dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.
Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di dalam gua,
atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing.
Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya
mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa daerah, gua
batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu
yang disebut tau tau biasanya diletakkan di gua dan
menghadap ke luar. Peti mati bayi atau anak-anak
digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama
setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh.
0 comments:
Post a Comment