Kabupaten Bulukumba terletak di ujung paling selatan Semenanjung Sulawesi Selatan,
atau sekitar 153 km dari selatan kota Makassar. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km² dan
berpenduduk sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010).
Kabupaten Bulukumba mempunyai 10 kecamatan, 24 kelurahan, serta 123 desa.
Bulukumba
tidak bisa dipisahkan dengan Kapal Pinisi, alat transportasi Suku Bugis.
Bulukumba dianugrahi alam yang indah dan menyimpan keajaiban menawan
tersembunyi di pantai dan bawah lautnya. Bahkan berinteraksi dengan wajah-wajah
baru masyarakat setempat yang berbudaya maritim adalah hal yang akan sangat
berkesan bagi Anda nantinya.
Kabupaten Bulukumba dikenal juga sebagai Butta Panrita Lopi atau
“Bumi Pembuat Pinisi ". Masyarakat Bulukumba memang sejak dahulu memiliki
keahlian sebagai pembuat ulung kapal layar pinisi yang merupakan
kebanggaan orang Bugis. Hingga saat ini keterampilan mereka bahkan didengar dan
dihargai oleh berbagai pihak dari mancanegara.
Menurutnaskah kuno “I La Galigo”, kapal layar pinisi sudah menjadi
tradisi sejak abad ke-14. Kapal layart radisional tersebut sebagian besar
dibuat didaerah yang disebut Tanah Beru, terletak sekitar 23 km dari ibukota
Bulukumba, atau 176 kilometer dari Makassar.
Di sepanjang bibir Pantai Tanah Beru, Anda akan melihat puluhan dermaga tempat di
mana kapal layar pinisi dibuat oleh tangan-tangan handal bermodalkan ilmu
kearifan lokal yang diwariskan. Tangan trampil orang Bugis dengan jiwa seni yang
luar biasa membangun kapal layar pinisi sehingga menjadi ikon pelaut Indonesia.
Kapal layar Pinisi dikonstruksi menggunakan peralatan
tradisional dengan teknik tradisional yang sudah di wariskan dari generasi ke
generasi. Pembagunan kapal layar ini tidak hanya menggunakan kekuatan dan
teknik semata. Penduduk setempat percaya, kekuatan supranatural juga berada
dibalik pembangunan kapal megah tersebut. Di setiap tahap pembuatan pinisi
memerlukan ritual dan upacara yang harus dipatuhi.
Mitologi penamaan
"Bulukumba", konon bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu "Bulu’ku" dan
"Mupa" yang dalam bahasa Indonesia berarti "masih gunung milik
saya atau tetap gunung milik saya".
Mitos ini
pertama kali muncul pada abad ke–17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara
dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone.
Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kongkong", di situlah utusan
Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan
batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.
Bangkeng Buki' (secara harfiah berarti kaki bukit) yang merupakan
barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa
sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian
timur. Namun pihak Kerajaan Bone berkeras memertahankan Bangkeng Buki' sebagai
wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan.
Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam
bahasa Bugis "Bulu'kumupa" yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu
mengalami perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba".
Bulukumba
menjadi rumah dari kelompok etnis yang disebut Kajang. Selama
berabad-abad mereka tinggal di daerah pedalaman yang disebut Tana. Sampai hari
ini, etnis Kajang masih mempraktekan tradisi kuno dan cara hidup yang
mengajarkan manusia untuk mempertahankan keharmonisan dengan alam. Mereka hidup
dalam kesederhanaan, tidak ada rumah-rumah yang memiliki perabotan, listrik,
dan peralatan modern lainnya. Bagi etnis Kajang, modernitas dilihat sebagai
nilai yang menyimpang dari aturan-aturan adat dan ajaran leluhur mereka.
Sehari-harinya mereka mengenakan pakaian hitam.
Objek Wisata & Tempat Tempat menarik Di Kabupaten Bulukumba.
Bulukumba adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang menyimpan keanekaragaman daya tarik alam dan budaya yang patut untuk anda kunjungi, seperti pantai Tanjung bira, Tempat pembuatan perahu tradisional khas pelaut-pelaut Bugis dan kawasan adat Ammatoa.
Berikut ini adalah daftar beberapa tempat menarik yang mungkin bisa anda kunjungi :
Pantai Tanjung Bira.
Di sepanjang pantai terdapat pasir putih yang halus, pengunjung juga dapat menikmati keindahan 2 pulau yang ada didepannya yaitu pulau Liukang loe dan pulau Kambing (tidak berpenghuni), dan pada latar belakangnya tampak membumbung tinggi gunung Puang Janggo dengan ketinggian melebihin 400 Meter. Terletak di Kecamatan Bonto Bahari, sekitar 45 Km dari kota Bulukumba. Tempat ini telah dilengkapi fasilitas berupa tempat parkir, penginapan, hotel, restaurant dan lain-lain.
Tana Beru, Tempat Pembuatan Perahu Tradisional.
Tana Beru terkenal sebagai tempat pembuatan kapal / perahu tradisional. Anda akan merasa kagum melihat kepiawaian masyarakat membuat kapal tradisional dengan konstruksi kayu dan peralatan tradisional pula. Terletak di pesisir pantai kelurahan Tana, sekitar 24 Km dari kota Bulukumba.
Kawasan Adat Ammatoa.
Keindahan alam berupa kelestarian kawasan hutan merupakan ciri dari kawasan adat ini, serta budaya hidup masyarakatnya yang jauh dari pola hidup modern. Ciri masyarakat kajang yang ada di Desa Tana Toa yang tampak sehari-hari yaitu pakaian dengan warna serba hitam, sedangkan ciri bangunan rumahnya ialah seragam menghadap ke Utara. Masyarakatnya dipimpin oleh seorang yang bergelar Amma Toa dengan masa kepemimpinan seumur hidup. Terletak di Kecamatan Kajang, sekitar 56 Km dari kota Bulukumba.
Taman Bersejarah Baru Pake Gojeng.
Bebatuannya dihormati sebagai obyek yang unik semenjak terungkap adanya kehidupan masa lampau sesuai dengan usia batu tersebut. Dibuktikan dengan adanya 11 makam dari 90 buah batu pahat berlubang yang pernah digunakan untuk keperluan masyarakat pada masa itu. Terletak di kelurahan Biri Ngere, Kecamatan Sinjai Utara sekitar 2 Km dari kota Sinjai.
0 comments:
Post a Comment