Kota Lama adalah potongan sejarah yang tidak bisa dipisahkan oleh Kolonial Belanda, karena dari sinilah ibukota Jawa Tengah ini berasal. Semarang dan Kota Lama seperti dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan begitu saja. Dan tentu saja ini menghadirkan keunikan tersendiri. Sebuah gradasi yang bisa dibilang jarang ada ketika dua generasi disatukan hingga menciptakan gradasi yang cantik sebenarnya.
Berdasarkan sejarahnya, kota Semarang memiliki suatu kawasan yang ada pada sekitar abad 18 menjadi pusat perdagangan. Kawasan tersebut pada masa sekarang disebut Kawasan Kota Lama. Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng VIJHOEK.Untuk mempercepat jalur perhubungan antar ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai : HEEREN STRAAT. Saat ini bernama Jl. Let Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut DE ZUIDER POR.
Kota Semarang yang sudah berusia ratusan tahun ini memiliki warisan dari para Arsitek handal, antara lain Herman Thomas Karsten dan Henry Maclaine Pont. Kota Lama merupakan pusat pemerintahan Kota Semarang saat pendudukan Belanda. Kota Lama juga dikenal dengan Little Netherland, karena di desain menyerupai kota-kota di Belanda, sehingga orang Belanda yang tinggal di sini merasakan suasana seperti di kota asalnya.
Pada dasarnya area Kota Lama Semarang atau yang sering disebut Outstadt atau Little Netherland mencakup setiap daerah di mana gedung-gedung yang dibangun sejak zaman Belanda. Namun seiring berjalannya waktu istilah kota lama sendiri terpusat untuk daerah dari sungai Mberok hingga menuju daerah Terboyo.
Kota Lama Semarang memang menyimpan pesona historis yang luar biasa. Ratusan bangunan kuno masih berdiri. Sebagian, seperti Gereja Blenduk dan gedung Jiwa Sraya, masih terawat, sedangkan lainnya lapuk bahkan ambrol. Jika anda berminat mengkaji arsitekur Belanda, tidak keliru anda menuju Kota Lama. Stasiun Kereta Api Tawang, Gereja Gedangan, Nilmij, Taman Sri Gunting, Marba, Marabunta dan De Spiegel memperlihatkan gaya arsitektur Eropa abada XVII. Sebuah embung yang dikenal penduduk setempat Polder Tawang menunjukan konsep kota pesisir yang tertata.
Jalur pengangkutan lewat air sangat penting hal tersebut dibuktikan dengan adanya sungai yang mengelilingi kawasan ini yang dapat dilayari dari laut sampai dengan daerah Sebandaran, dikawasan Pecinan. Masa itu Hindia Belanda pernah menduduki peringkat kedua sebagai penghasil gula seluruh dunia. Pada waktu itu sedang terjadi tanam paksa( Cultur Stelsel ) diseluruh kawasan Hindia Belanda.
Secara umum karakter bangunan di wilayah ini mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah. Hal ini tentunya bisa dibilang wajar karena faktanya wilayah ini dibangun saat Belanda datang. Tentunya mereka membawa sebuah konsep dari negara asal mereka untuk dibangun di Semarang yang nota bene tempat baru mereka. Tentunya mereka berusaha untuk membuat kawasan ini feels like home bagi komunitas mereka.
Kawasan Kota Lama Semarang ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad, dan lokasinya berdampingan dengan kawasan ekonomi. Ditempat ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri dengan kokoh dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang.
1 comments:
tau bener mas sma kota lama
http://www.pusatsuzuki.com
Post a Comment