Friday, 22 June 2012
Lenong Betawi Budaya Masyarakat Betawi
04:46
Unknown
No comments
Lenong Betawi - salah satu kesenian asli jakarta dikenal sejak tahun 1920-an. Lenong selalu diiringi oleh musik gambang kromong. Dalam teater rakyat ini terdapat dua jenis cerita, yaitu cerita tentang kerajaan atau kaum bangsawan (disebut Lenong Denes) dan cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari dan para jagoannya (disebut Lenong Preman).
Kedua jenis cerita ini biasanya mengandung nasihat, pesan moral seperti menolong yang lemah, membenci kerakusan, dan lain-lain dengan jenaka. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Melayu dialek Betawi.
Lenong Denes sendiri adalah perkembangan dari bermacam bentuk teater rakyat Betawi yang sudah punah, seperti wayang sumedar, wayang senggol ataupun wayang dermuluk.
Sementara lenong preman disebut-sebut sebagai perkembangan dari wayang sironda.
Yang cukup signifikan dalam perbedaan penampilan kedua lenong tersebut, Lenong Denes umumnya menggunakan bahasa Melayu halus, sedang Lenong Preman rata-rata menggunakan bahasa Betawi sehari-hari.
Lenong selain menjadi aset masyarakat Betawi sebagai kebudayaan daerah tetapi Lenong juga menjadi kebudayaan Nasonal yang wajib dijaga dan dilestarikan. Pemerintah harus banyak memberikan perhatian kepada kebudayaan – kebudayaan bangsa yang merupakan penarik wisatawan asing yang akan berkunjung ke Indonesia sebagai penghasil devisa Negara. Generasi muda harus dikenalkan dan diajarkan kebudayaan daerah sesuai asalnya agar kebudayaan daerah tidak pernah punah. Seiring dengan perkembangan zaman ternyata Lenong sudah banyak ditinggalkan oleh para generasi muda karena dianggap kuno atau ketinggalan zaman. Bahkan sekarang Pertunjukkan Lenongsudah sulit ditemui di stasiun-stasiun televisi karena stasiun-stasiun televisi lebih banyak menampilkan sinetron atau drama yang kurang memberikan pesan moral bahkan terkadang hanya mengumbar air mata saja. Tetapi sebenarnya selain memberikan kebudayaan Betawi, Lenong juga menampilkan pesan-pesan moral bagi penonton bukan hanya untuk menghibur semata.
0 comments:
Post a Comment